Banyak orang yak bercita-cita punya usaha sendiri, tapi seringkali terbentur dengan masalah klasik seperti permodalan yang besar, produk, sumber daya manusia, keterampilan mengelola bisnis hingga pemilihan lokasi, Bisnis waralaba atau franchise mungkin bisa jadi jalan pintas untuk mengatasi masalah-masalah tadi. Siapa sih yang tak ingin mengeruk keuntungan dengan bisnis waralaba khususnya bagi yang tertarik dengan membuka gerai kopi sendiri. Tapi sebelum Anda memutuskan terjun ke bisnis waralaba ada baiknya mendengar dulu tips-tips dari para pendiri franchise kopi tentang apa-apa saja yang diperlukan agar usaha Anda tidak berhenti di tengah jalan. Berminat ?
Bukan cerita baru kalau banyak investor yang akhirnya meninggalkan usaha waralaba yang dirintisnya karena tidak sesuai dengan harapan dan masih berasumsi bahwa bisnis ini akan menghasilkan keuntungan dengan ongkang-ongkang kaki saja. Citra waralaba seperti penyertaan modal untuk investasi masih banyak tertanama di calon investor, padahal bisnis ini memerlukan ketangguhan mental dan tentu saja terlibat aktif untuk mengembangkan usahanya.
Tapi jangan heran kalau banyak cerita sukses dibalik booming-nya bisnis yang tengah digandrungi oleh masyarakat luas ini. Bayangkan dengan modal di bawah 10 juta Anda sudah punya satu ladang pendapatan yang bila dikelola dengan benar akan beranak pinak. Ada seorang pegawai bank memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan tetapnya dan banting setir mengelola gerai kopi dari Javapuccino miliknya yang sudah berkembang pesat. Masih banyak cerita sukses lain, tapi mari kita dengar apa yang dikatakan para pendiri waralaba yang saya temui saat Pameran Waralaba di SME Tower Gedung Smesco, Jl. Jend. Gatot Subroto,tanggal 27-29 Mei tadi. Semoga tulisan ini memberi sedikit pemahaman sebuah peluang bisnis bagi siapa saja yang ogah menjadi orang bayaran dan bekerja di belakang meja.
Satu hal, artikel ini tidak akan memberikan penjelasan secara detail tentang formulasi bisnis yang ditawarkan oleh para pewaralaba termasuk berapa lama modal Anda akan kembali. Untuk yang satu ini, silakan menghubungi mereka melalui kontak yang saya cantumkan pada masing-masing pewaralaba. Saya cuma ingin berbagi bagaimana kejelian para pendiri waralaba dalam melihat sebuah peluang bisnis lalu jatuh bangun dalam membangun usahanya diiringi serta semangat tak pantang menyerah untuk tetap bertahan dan yang terpenting memberikan kesempatan kepada khalayak untuk mengawali karir sebagai pengusaha sekaligus mengurangi angka pengangguran. Spirit itulah yang ingin mereka sampaikan secara tidak langsung kepada para calon investor yang ingin terjun langsung ke bidang ini.
Coffee Toffee
“Bisnis waralaba tetap harus dikelola secara profesional karena ini bukan bisnis investasi atau penyertaan modal. Keterlibatan si pemilik untuk terjun langsung mengawasi bisnisnya mutlak diperlukan” Demikian tips utama dari Ondi Anindito pemilik waralaba Coffee Toffee, franchise kopi yang outlet-nya sudah tersebar di seluruh Nusantara. Coffee Toffee lahir sejak tahun 2006 dan merupakan waralaba kopi paling senior di antara yang saya tampilkan di sini dengan jam terbang tinggi dalam pengelolaan bisnis waralaba.
Perjalanan Coffee Toffee sebagai salah satu franchise yang paling banyak dikenal memang tak semulus diperkirakan orang. Dengan modal nekat Ondi mulai meracik kopi sendiri di halaman sebuah toko jalan Mampang Prapatan Jakarta bersama rekan seperjuangannya Ahmad Zai. Sebuah alat coffee maker membuat mereka kebingungan karena rasa kopinya belum sesuai dengan keinginan. Minuman kopi mulai mereka pelajari secara intensif dan seiring waktu mereka mulai agresif mengembangkan berbagai menu yang diterima umum. Baru-baru ini Ondi baru saja menimba ilmu kopi di Institute Coffee Research Indonesia (ICRI), Jember sekaligus aktif di organisasi Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI) dan menjadi juri Indonesia Barista Competition.
“Jika saya diberi bahan baku yang mahal untuk membuat ice blended, tentu rasanya akan enak. Tapi lain halnya apabila kita mencari bahan baku semurah mungkin, tapi tetap bisa mempertahankan rasa yang berkualitas, itu lain masalah. Kelebihan kami adalah pemilihan bahan baku semurah mungkin yang diracik sendiri, tapi tetap bisa membuat minuman yang berkualitas” tutur Ondi.
Berapa biaya untuk memulai waralaba Coffee Toffee ? 200 juta belum termasuk biaya sewa lokasi yang akan mentransformasikan modal mitra bisnis menjadi sebuah cafe dengan 50mm persegi. Dengan harga yang relatif tinggi saja dna masa franchise lima tahun, Coffee Toffee sudah meraih seratusan mitra bisnis yang tersebar di berbagai daerah dan mereka akan terus berekspansi dengan meningkatkan kualitas peralatan mesin kopinya. Misalnya selama ini Coffee Toffee menggunakan mesin kopi Saeco, maka untuk cafe yang lebih high-end, mereka menawarkan mesin espresso professional. Jadi kita tunggu realisasinya.
Saya mengenal baik Ondi dan Zai dari berbagai kegiatan kopi yang sering muncul di blog ini dan pelajaran yang saya dapatkan adalah semangat entrepreneurship mereka walau selalu merendah dengan istilah bonek atau modal nekat. Ketelatenan memilih bahan yang semurah mungkin tanpa mengorbankan kualitas hingga bisa menyajikan minuman kopi dan ice blended yang terjangkau kepada penggemarnya adalah salah satu kekuatan Coffee Toffee yang lebih dari 90% bahan bakunya mudah didapatkan. “Kegalan mitra bisnis adalah sesuatu yang tak bisa dihindari, karena mereka tak mau disibukan dengan bisnis dan menganggap waralaba adalah investasi pasif. Sebuah asumsi keliru yang sering mereka temui dari calon investor.
Bila berminat mengikuti jejak mereka dan mempunyai usaha cafe sendiri, silakan hubungi Ahmad Zai, Manager Operasional untuk wilayah Jakarta di : Jl. lenteng Agung Raya Baru 11A, Jagakarsa, Jakarta Selatan, telepon (021) 7888-5716 / 081 3317 44424. Sedangkan untuk Surabaya : Jl. Raya Dharmahusada 181, telepon (031) 5929500.
Semerbak Coffee
Muazin F. Jihad memang sudah punya jiwa entrepreneur dan jeli melihat peluang saat ia memulai bisnis waralaba Semerbak Coffee di bulan Juni tahun 2009. Insinyur elektronika lulusan Universitas Indonesia ini tidak semata ingin membangun bisnis waralaba yang saat ini sudah berkembang menjadi 300 outlet, tapi didasari oleh keprihatinannya terhadap angka pengangguran yang semakin meningkat khususnya di ibukota. Sebenarnya Muazin tidak sengaja masuk ke bisnis waralaba kopi, tapi sebuah teras di ruko temannya telah mengubah cara pandangnya tentang sebuah bisnis yang sebenarnya mudah dijalankan asalkan disertai sifat tak pantang menyerah. Jualan mie ayam-nya ia tinggalkan karena melihat angka penjualan kopinya cukup menjanjikan dan mulailah ia mengotak-atik formula bisnis untuk menularkan idenya kepada orang lain dan waralaba adalah konsep bisnis yang ia pilih.
Dengan modal 8.5 juta seseorang sudah bisa mempunyai usaha sendiri dengan membuka gerai Semerbak Coffee, tapi biasanya dilakukan dulu proses fit & propert test untuk melihat kesungguhan si calon mitra. Semerbak Coffee menekankan kepada para mitranya bahwa mudah untuk memulai bisnis, tapi sangat sulit untuk merawatnya, Apalagi bila merekaa mulai terkena batu sandungan seperti faktor karyawan yang keluar masuk, pemilihan lokasi yang kurang tepat, dan terutama franchisee yang memang tidak mau terlibat langsung terhadap usahanya dan beranggapan bahwa keuntungan akan datang dengan sendirinya. Menurut Muazin, tingkat kegagalan bisnis waralaba dari faktor-faktor tersebut memang kecil, sekitar 10%, tapi pihak Semerbak Coffee selalu berusaha memberikan bimbingan dan semangat kepada para mitra khususnya yang berada di Jabotabek.
Semerbak menawarkan kemitraan yang berlaku seumur hidup, artinya mitra bisnis tidak lagi perlu membayar franchise fee untuk selanjutnya. Penjelasan lengkap bisa diperoleh di alamat Semerbak Coffee : Jl. Nusantara Raya 27A, Depok, jawa Barat. Tlp: (021) 97914388 / 23686842. Web : www.semerbackcoffee.com
Javapuccino
Lain halnya dengan Asmi Kamuri, lulusan Akuntasi dari Universitas Islam negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta yang mulai merintis usaha sejak menjadi mahasiswa, lebih akrena alasan kepepet dengan masalah keuangan. Pekerjaan serabutan dari mulai berdagang pulsa hingga kerupuk sudah ia lakoni demi asupan gizi sehari-hari hingga akhirnya terdampar dengan menjual minuman dingin. Gerai sederhananya di tahun 2008 hanya menghasilkan 12.500 per hari yang sudah membuatnya senang, tapi tentu saja belum puas. Keesokan harianya ia bangun lebih pagi dan langsung memulai usahanya setelah mempercantik “gerobak” dagangannya dan menjual harga minuman teh dan kopi yang lebih murah, 2000 per cangkir. Laku keras dan langsung menyabet pendapatan kotor 700 ribu rupiah, sebuah peningkatan keuntungan yang tak pernah tercatat dalam teori ekonomi manapun. Asmi menjadi yakin jika kreativitas dalam mengolah produk, kemasan, lokasi, adalah faktor maha penting untuk mengelola bisnis ini.
Ia bertambah semangat dan gerai minumannya tanpa disadari sudah berjumlah puluhan dan kiprahnya mulai dilirik orang. Stigma kopi yang hanya untuk orang dewasa ia ubah dengan menyuguhkan produk yang lebih funky hingga target pasar para pelajar dan mahasiswa bisa tercapai. Strateginya juga ditambah dengan mengkompilasi semua jenis minuman yang paling banyak diminati di setiap gerai seperti kopi, teh, coklat, dan produk anyar bubble drink, minuman yang berisi butiran jelly dan menjadi salah satu jagoan Javapuccino.
Bila Anda berminat masuk menjadi mitra bisnis Javapuccino, siapkan modal awal yangsebesar 15 juta rupiah dan berlaku untuk masa dua tahun pertama. Keterangan selanjutnya bisa diperoleh di : Nerada Estate A2/5, Ciputat, Tangerang, telepon : (021) 9653 4757
Amadeus
Sediakan dana 28 ribu Euro, setara dengan 342 juta kurs saat artikel ini dibuat untuk lima tahun franchise fee Amadeus : The Cafe. Empat outlet-nya masih terpusat di kota Jakarta yang bisa ditemui di Citos, Setiabudi One, FX Mall, dan Gandaria City. Berbeda dengan waralaba di atas, Amadeus menyuguhkan konsep Italian Coffee Style yang di setiap gerainya akan dilengkapi dnegan mesin kopi profesional sekelas La Spazialle.
Saya tidak sempat berbincang dengan manajemen Amadeus, tapi Anda bisa menghubunginya di : PT Amadeus Sejati Prima, Setiabudi One, Floor 1, unit A 215-216. Jl. HR. Rasuna Said Kav. 62, Jakarta, telepon (021) 521-10543.
Terakhir, sebelum Anda terjun ke bisnis waralaba mari kita lihat dulu payung hukum tentang jenis bisnis ini yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 2007. Di sana disebutkan misalnya pada pasal 1 mengenai definisi waralaba yang di dalamnya terdapat dua kata kunci yakni “ciri khas usaha” dan “telah terbukti berhasil” hingga dapat dimanfaatkan oleh pihak lain berdasarkan sebuah perjanjian. Ciri khas usaha maksudnya bukan dalam “produk” karena kalau kita perhatikan banyak yang punya bisnis franchise kopi dengan produk yang sama seperti kopi. Tapi yang dimaksud “ciri khas” atau “uniqueness” di sini misalnya cara pemasaran, pemilihan lokasi, target pasar, pembagian sistem keuntungan, dan lain-lain.
Sedangkan “telah terbukti berhasil” merupakan track record si pemberi waralaba dan jam terbangnya dalam bergelut dengan bisnis ini. Bisa jadi ada beberapa bisnis waralaba yang baru berumur singkat, tapi sudah mulai menawarkan produknya secara agresif. Sepertinya kita perlu kehati-hatian untuk yang satu ini sebelum uang yang kita tanamkan menguap begitu saja.
Di samping dua kriteria di atas, lebih lengkapnya pada Pasal (3), pemerintah telah memberikan panduan kriteria lain yang harus dipenuhi oleh pebisnis waralaba seperti : (b) terbukti sudah memberikan keuntungan, (c) memiliki standar atas pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan yang dibuat secara tertulis; (d). mudah diajarkan dan diaplikasikan; (e) adanya dukungan yang berkesinambungan; dan (f). Hak Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar.
Janji ini yang terakhir, bila memang belum siap berwirausaha, mengapa kita tidak mencotoh Rosadi yang berusia 60 tahun dan masih setia mengayuh sepeda menjajakan kopi. Mau tahu berapa pendapatan perharinya ? Seratus hingga 150 ribu dari hasil menjual kopi saset yang ia mulai jam 10 hingga 5 sore dan bisa menyekolahkan kelima anaknya tanpa putus di tengah jalan. Kalau Rosadi yang sudah menjelang usia senja saja masih tetap semangat berbisnis, Anda bagaimana ?
Dear Javapuccino, boleh di email syarat” berpartner dengan anda, fyi lokasi sy di Cianjur, utk lokasi tempag sy sudah punya sendiri
@javapuccino team :benarkah di javapuccino isa kredit? Boleh donx detil infonya lengkap untuk surabaya. email aja ke robby.ism@gmail.com
PAK ROSADI YOU ARE THE BEST!
Satu lagi,… kesalahan yg paling mendasar adalah masalah jam terbang franchise tersebut. Kebanyakan (hampir 70%-80%) franchise yg ada, baru beroperasi kurang dari 1 tahun aja udh pada berani “di franchise-kan” usahanya. Yang terjadi selanjutnya adalah banyaknya “pembeli franchise” yang terkendala masalah, yg pada akhirnya “gulung tikar” atau “dijual lagi usahanya/di over”
Tapi sayangnya semua franchise yg ada disini (indonesia), cuma manis di awal doang (sampai pada tahap peresmian booth/gerai/stand). Udh itu, ga ada follow up lagi deh buat para “pengambil franchise-nya”, atau dalam pengertian “lepas tanggung jawab”, yg ada malah “yang penting franchise saya ada yg beli, masalah mereka laku atau tidak laku biar ditanggung mereka sendiri”. Terbukti dengan banyaknya booth atau usaha franchise mereka yg pada dijual lagi. Silahkan masuk forum2 terkenal di indonesia (kaskus dll), banyak yg pada dijual lagi karena tidak berkembang usahanya(ada kemungkinan sebenarnya mereka sudah berusaha dan bekerja keras, tp tidak ada follow up dari pengelola franchise-nya).
Kisah pa Rosadi menutup artikel dengan sangat baik ..
Salut denga artikel dan terutama foto2 yang sangat bagus …
Saya ucapkan terima kasih atas sharing artikelnya. semoga web
nya makin rame pengunjung dan bisa bermanfaat bagi semua.
Konsumsi kopi yang tepat berdampak positif bagi kesehatan, tak
heran jika mereka bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah dari
peluang ini. Bagi yang ingin mengeruk keuntungan dari peluang
usaha kopi ini, kami memberikan alternatif business oportunity
warung kopi dengan investasi terjangkau dan hasil fix yang
pasti. Membawa konsep modern and innovative coffee shop dan
menyasar ke semua kalangan dari bawah sampai atas, dari remaja
sampai orang tua, dari pelajar hingga exsekutif plus fasilitas
wifi dan full musik.
sukses selalu untuk semua
kriswanto
0878.5413.8558
setuju apa kata lulu…saya banyak membantu para owner/klien yang ingin membangun usahanya di bidang f&b belum sesuai jam terbangnya sudah mau di franchisekan, cuma satu hal jika ada yang usaha kopi tidak maju berarti ada yang salah dari segi operasional, karena kopi dari jaman nabi sampai sekarang ”never out of date” alias jenis usaha abadi.
pak toni salam kopi
artikel yg sangat menarik..saya jg ga pernah berhenti membayangkan Sidewalk Coffee tersebar di seluruh Indonesia.. 😀 Mohon petunjuk’nya suhuuuu….
Satu lagi yang terpenting, bermain sesuai aspek legalitas agar antara kedua belah pihak tercipta peace of mind. Banyak pengusaha yang latah ingin menjadi franchisor hanya karena ingin mempercepat perkembangan usahanya. Padahal dalam PP No. 42/2007 tentang waralaba, pengusaha baru bisa menjual hak franchise setelah memenuhi beberapa syarat, diantaranya usaha sudah berjalan paling tidak 5 tahun dan profitable 🙂
Bravo entrepreneur Indonesia!
saya pilih option yang terakhir…
Franchise fee nya dan setup cost nya paling simple..
Misi Utama : berani mencoba……..
Innovate do not immitate………..
Salam.
Coffeeshopz.com
Pak Rosadi itu kelihatan awet muda ya…soalnya kerjanya ngayuh sepeda terus, sekalian olahraga
Misterblek ngak masuk franchise ya pak .?? kok nggak masuk dalam liputan 🙂
Mantap banget neh tulisannya om. Kita liat gimana peluang Franchise taon ini dan taon depan yang melakukan penetrasi ke daerah Sumatera Utara dan sekitarnya
p Andreas: IDE—>GOALKAN, Mantab
drakula ompong: di java bisa kredit loh, 6% flat satu tahun. murah kan?
thanks pak toni. Most Welcome , salam kenal dari javapuccino team.
Pa Toni,
terimakasih tulisannya tentang Semerbak Coffee 🙂
Maaf kemarin di pameran ga sempat nyicip. Boleh minta alamat pa, utk kami kirim sample kopinya?
Oya ralat sedikit pa, alamat kantor Semerbak Coffee baru pindah ke Jl Arif Rahman Hakim no.22, Depok.
Makin dalem nih pembahasan di Cikopi. udah merambah ke model bisnisnya juga hehehe.
Nice post mas Tony.
Ide kafe ada. Sebagian isi ada. Cuman ilmunya belum ada. Terutama modalnya hehehe….
Makasih pak, infonya. Ancang-ancang lebih kenceng nih 🙂
nambah satu lagi…, musti berani ngutang…(waralaba identik dengan mahal hm….), hehehehe, tapi juga musti berani angsur…
Kuncinya satu : ….. kalau ada ide harus cepat direalisasikan, karena kalau terlalu banyak pertimbangan yang ada nantinya ide itu jadi tdk feasible dan akhirnya di drop sebelum dicoba ……
Yah kalo mau usaha dengan cara beli waralaba …. kudu langsung juga dipelajari dan kembali ….. dicoba untuk dilaksanakan ……