Ketika Fabrizio Urso (40) memutuskan untuk berhenti bekerja dan mencari bisnis baru, istrinya yang orang Indonesia memberikan saran untuk membuka warung kopi kaki lima di kota Surabaya. Usulan yang hingga kini menjadi kegiatan sehari-hari yang dilakoni pria berkebangsaan Italia ini. Sebuah gerai yang beri nama “Moka Pot Kopi dan Gorengan” mengisi malam bagi para pencari secangkir kopi dan berbagai kue yang ia jajakan di sebelah Pizza Hut, Jl. Manyar Kertoarjo, kota Surabaya.
Sambil menyanyikan Nessun Dorma sebuah Aria “Turandot” mahakarya Giacomo Puccini, tangan Fabrizio sibuk mempersiapkan peralatan moka pot yang akan ia gunakan untuk memenuhi pesanan kami. Ia mengisi kopi ke dalam basket setelah bagian bawahnya ia isi air secukupnya.
Lalu menyalakan kompor gas satu tungku dan sesaat kemudian tekanan udara yang dihasilkan akibat panas membuat kopi mulai naik ke atas hingga habis. Kopi dari moka pot ia tuang ke dalam cangkir kertas bertepatan dengan akhir Aria yang masyhur ini, Vincero !
Fabrizio menyedia dua varian kopi yakni arabika (10 rb/cangkir) dan robusta (8 ribu/cangkir) yang berasal dari Bali. Pembeli bisa menambahkan krimer, gula, atau susu, tanpa dipungut biaya ekstra. Selain kopi, pengunjung bisa menikmati berbagai penganan seperti pisang goreng atau kue lapis yang dijual terpisah dengan harga kaki lima tentunya.
Gerainya dibuka setiap sore hari dan tutup beberapa jam kemudian bila dagangannya sudah ludes dibeli para anak muda yang banyak datang ke gerai Fabrizio.
Lalu mengapa menggunakan Moka Pot ? Tak ada alasan khusus yang dikemukakan oleh Fabrizio, tapi tanpa konsumsi listrik, alat penyeduh kopi ini nyaman digunakan dengan bermodalkan panasnya api dari bahan bakar gas. Ia juga menunjukan cara bagaimana menyeduh kopi dengan alat ini untuk hasil yang maksimal. Sedikit menekan kopi di basket atau filter, lalu mengatur panas api, hingga menunggu saat yang tepat saat semua proses sudah selesai.
Walau saya tak pernah berhasil meneyduh kopi dengan Moka Pot yang biasanya berujung kepda rasa “burnt”, tapi kopi racikan Fabrizio ini layak saya rekomendasikan buat Anda khususnya yang berada di kota Surabaya. Menikmati kopi dengan pisang goreng yang saat itu masih tersedia, jadilah malam di kota Surabaya harus Anda nikmati juga sambil berbincang dengan Fabrizio yang fasih berbahasa Indonesia.
* * *
Bisa menjadi inspirasi para penikmat kopi, khususnya di surabaya.
sangat menginspirasi,,,tks infonya
sayangnya om fabrizio memutuskan tutup 4 minggu yang lalu 🙁
Laahh beneran?? Padahal februari mau mampirr
Apakah warung ini sudah tutup?
Pak Toni, itu pakai mokapot 6 cup ya ? Bisa jadi brp cangkir kertas yg seperti gambar di atas ?
kenapa ya orang barat tu kayak gak peduli uang yang penting dia bahagia. uang kayak gak berarti gitu. sesuai passionnya. orang barat tapi luas banget ya cakupannya.. ya seperti itulah.
Keren ni org, menjembatani pecinta kopi sasetan dan kopi “kafean”..
Pak Toni, kalau bikin 3 cups atau less di moka pot 6 cup bisa gak, Pak? Terima kasih
Wah… salut pak… org italy aj mw buka kopi utk kelas middle end… 8rb loh,… coba nongkrong di kafe, mana dapat segitu,…. Jd makin tertarik utk buka warkop sejenis… trims pak tony info nya…
wah, aku arek Suroboyo malah gak tahu, Ada orang Italy jual wedang kopi di Manyar Kertoarjo
Coba ah, sekalian survey dan belajar membuka warung kopi
Sore om toni…..mau tanya alamat moka pot kopi surabaya dimana ya….saya sedang riset untuk buat usaha kedai kopi kaki lima….trims
Wow….saya salut sama dedikasi Mr. Fabrizio, beliau rela buka coffee shop ala street hawker demi kopi Indonesia. Kita juga jangan kalah semangat.Saya akan mampir ke coffee shopnya jika berkunjung ke Surabaya.
Pak Toni, pakai moka pot yg brp cup? Thanks
Ukuran 6 cup
Wah kreatif ya, btw kopinya giling ditmp atau sdh bawa yg digiling Pak Toni? Kl dtmp pake grinder apa?
Pre-grind, di tamp pake sendok saja.