Ada banyak hal yang bisa dipetik dari hasil workshop “Membangun Rantai Pasok Kopi Java Preanger Kabupate Bandung” yang berlangsung tanggal 6 November kemarin di aula Mohamad Toha, kantor pemerintahan Kab. Bandung. Menghadirkan pembicara dari wakil pemerintah setempat, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Kadin Jawa Barat, serta Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Jawa Barat. Kurang dari seminggu sebelum acara berlangsung Panitia menghubungi dan meminta kesediaan saya menjadi moderator acara acara tersebut.
Banyak pemaparan berupa strategi dasar pengembangan kopi Java Preanger, pembinaan para petani, tantangan yang dihadapi, serta masalah yang mungkin akan menghadang pada isu lain seperti Indikasi Geografis. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Festival Kopi Kabupaten Bandung yang diselenggarakan atas inisatif pemerintah setempat dalam upaya untuk lebih mempromosikan keberadaan kopi urang lembur.
Ir. Ucu Sumirat, peneliti dari Pusat Penelitian Kopi dan kakaoi Indonesia misalnya menyatakan bahwa kompleksitas pengembangan kopi terutama varian arabika di suatu daerah merupakan tanggung jawab bersama semua pihak yang berkepentingan, pemerintah, petani, dan swasta.
Ucu memberikan ilustrasi kasus dari daerah lain yang terkena eforia, tapi akhirnya harus menghadapi kenyataan bahwa diperlukan sebuah komitmen yang sangat kuat dari Pemda setempat dan yang paling utama adalah keguyuban para petani yang harus dipersatukan agar daya tawar mereka lebih tinggi di hadapan para pembeli.
Dari sisi teknis, pemerintah harus memberikan dukungan penuh terhadap pembinaan dari sisi teknis, mulai dari pemilihan benih, perawatan tanaman, dan proses pasca panen yang kesemuanya akan menjaga standard mutu agar tetap konsisten.
Sedangkan dari sisi petani, mereka perlu dipersatukan dalam sebuah wadah yang bukan saja akan memudahkan proses pembinaan dari para penyuluh pemerintah, namun kekompakan mereka yang sangat diperlukan agar tidak jalan sendiri dan melemahkan keseluruhan strategi pemasaran.
Tapi dari pihak Kadin berpesan bahwa ada dua hal utama yang harus dipenuhi dalam sebuah transaksi perdagangan terutama dengan pembeli dari luar yakni konsistensi kualitas dan kuantitas produk yang sudah dijanjikan. Reputasi penjual akan menjadi pertaruhan bila salah satu atau keduanya tak bisa dipenuhi.
Menurut Kurniadin dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung, potensi lahan yang bisa dikembangkan sebanyak 60 ribu hektar. Saat ini baru dikembangkan baru berkisar 11 ribu hektar dan 3 ribu diantaranya sudah berhasil dipanen.
Pihak Dinas juga sudah melakukan upaya pembinaan secara reguler dengan kunjungan penyuluh ke berbagai wilayah penghasil kopi di Kabupaten Bandung. Kurniadin sendiri merupakan penyuluh yang rutin sering melakukan perjalanan dengan Suzuki Jimny dan memaksa kendaraannya menembus perkebunan kopi di ketinggian lebih dari 1000 meter.
Tentunya ke depan, banyak tantangan yang akan menghadang kopi Java Preanger, tapi Pemda Kabupaten Bandung meyakini bahwa potensi komoditas ini masih terbuka lebar. Kegiatan festival Kopi yang baru saja mereka adakan adalah salah satu bentuk komitmen Kabupaten Bandung terhadap perkembangan kopi Java Preanger.
* * *
Untuk mendapatkan sample origin kopi arabika java preanger dan film dokumentasinya dimana ya. Pak
Salut untuk Pemkab Bandung, kegiatan ini bisa menjadi contoh untuk Pemda lain yang daerahnya menjadi penghasil kopi. Penting bagi petani untuk memiliki produk berkualitas dan posisi tawar di depan buyer.