Matahari pun masih enggan menampakan dirinya, tapi setiap jam 4 dini hari, Mikael Jasin (29) harus segera bersiap menghadapi rutinitas pertama yang harus ia lakoni. Berlatih di belakang mesin kopi sembari terus mengasah kepiawaiannya sebagai seorang Barista. Ia baru saja menyabet gelar pertama dalam Kejuaraan barista di tingkat nasional dibulan Maret 2019 lalu.
WBC – Boston 2019. Dalam hitungan hanya beberapa kedepan Mikael akan segera terbang ke Boston di Amerika sebagai wakil Indonesia dalam World Barista Championship. Kejuaraan bergengsi ini diadakan setiap tahun untuk memilih Barista terbaik yang diikuti oleh lebih dari 40 negara peserta.
Saya sengaja menemui Mikael Jasin disela kesibukannya di St. Ali, kawasan Kuningan, Jakarta untuk menuliskan artikel ini.
Amsterdam 2018. Tepat 1 tahun lalu, tiket penerbangan ke Amsterdam sudah ia peroleh dengan satu keyakinan akan mewakili Indonesia di event yang sama, World Barista Championship. Namun kesempatan emas itu belum berhasil ia peroleh karena hanya memperoleh peringkat ke-2.
Putus asa ? Tentunya tidak dan Mikael tetap berangkat dan dia tampil sebagai seorang Barista demo dari Indonesia di hadapan para juri WBC di Amsterdam. Itu sekelumit cerita tentang Mikael yang saya dapatkan dari Mira Yudhawati yang menjadi salah satu juri di event tersebut.
Tentang Mikael Jasin. Lajang kelahiran Jakarta 29 tahun lalu ini menghabiskan masa pendidikan tingginya di Australia. Meraih gelar Bachelor of Arts dibidang Psikologi, Sinema, dan Studi Budaya di tahun 2012 dari Melbourne University.
Langsung melanjutkan program Pasca Sarjana dan berhasil meraih gelar Master of Marketing di RMIT (Royal Melbourne Institute of Technology) tahun 2016.
Marketing & Coffee Quality Manager Common Grounds. Dengan sederet gelar dari kedua insitutusi pendidikan ternama di Australia, Mikael bisa saja berkarir dibidang yang sesuai dengan kajian ilmu yang ia tempuh.
Tapi untuk saat ini ia masih memilih profesi dibidang industri kopi sebagai Marketing & Coffee Quality Manager di Common Grounds Coffee Roasters & St. ALi Family Jakarta,
“Awalnya dari minum kopi setiap hari, sampai akhirnya tertarik untuk belajar lebih dalam. Lalu sadar bahwa kopi adalah minat utamanya”
Itu alasan sederhana yang dikemukakan oleh Mikael juga saat ditanya oleh para wartawan pada acara Champions Hub di Toffin minggu kemarin.
IBC 2019. Tampil prima di hadapan para Juri, Mikael mempresentasikan kopi “Panama Finca Deborah Afterglow” yang mengantarkannya menjadi pemenang di final Indonesia Barista Championship bulan Februari 2019 .
Bukan saja faktor rasa kopi yang menurutnya memiliki tasting notes jasmine, black plum, peach, manadarin/orange, tapi ada semacam koneksi emosional dengan cara petani mengolah kopi tersebut.
Ia mengakui gugup tampil di hadapan para juri dan penonton dan berusaha mengalahkan perasaan tersebut. “Kompetisi terberat adalah mengalahkan diri sendiri” ujarnya.
Terakhir, di kota Boston yang menjadi peletak pertama fondasi pembentukan negara Amerika Serikat, kita semua berharap dan turut berdoa bahwa Mikael akan berhasil menuliskan catatan penting prestasi terbaik untuk Indonesia.
Godspeed !
* * *
And finally he brought the first (4th winner) WBC trophy to Indonesia
Saya sudah membaca seluruh postingan di situs cikopi.com dan hasilnya saya ”teracuni” minum kopi yang baru saja di grinder dari @moroocoffee gemolong yaitu sunda arumanis dari sunda hejo, sebelumnya hanya minum kopi sachet saja..terima kasih atas pengetahuan tentang kopi