Malam itu di sekitar kawasan Taman Ganesa ITB, sebuah Vespa tahun 1988 yang dimodifikasi sedemikian rupa sedang sibuk melayani beberapa orang pemesan kopi. Berjualan kopi dengan menggunakan skutik Vespa Exclusive 2 tahun 1991 sebagai bar-nya, itulah Biji Kopi Keliling (Kopling) yang hampir setiap hari nongkrong di kawasan ITB. Khusus menjual kopi seduh dan jagoan mereka cold brew.
Awalnya Radityo dan Yuri Valendra, dua orang yang punya ide berjualan dengan menggunakan motor Vespa ingin menjadikan kegiatan ini sebagai ajang pemanasan sebelum mereka punya modal cukup untuk membuka coffee shop. Htung-htung sebagai latihan bagaimana cara menghadapi pelanggan sambil membaca potensi konsumen khususnya di kalangan para mahasiswa.
Maka di bulan Februari 2016 motor Vespa kesayangan yang dimiliki Yuri tersebut mulai dimodifikasi secukupnya agar bisa mengangkut sekaligus berfungsi sebagai bar kopi. Tantangan pertama. tak banyak alat yang bisa mereka bawa jadi harus benar-benar diseleksi.
Sebuah kompor gas tahan angin berikut tabungnya, 10 botol air mineral ukuran 1.5 liter, seperangkat alat seduh kopi, dan penggiling manual Hario Ceramic Slim, serta cooling box untuk menyimpan susu adalah peralatan perang yang mereka bawa setiap harinya. Dengan semua keterbatasan yang ada, Vespa antik telah disulap menjadi cafe berjalan dan mereka memilih kawasan ITB sebagai tempat mereka berjualan.
Mereka memilih kopi arabika dari Jawa Barat dan Sumatra sebagai menu manual brewing serta menu cold brew yang disajikan dengan susu. Harga per saji hanya 13 ribu untuk seduh biasa dan 15 ribu untuk yang menggunakan susu seperti cold brew.
Bagaimana hasil penjualannya ? Cukup lumayan, setidaknya Anda harus mencoba puluhan kali menggiling kopi dengan menggunakan alat Hario Ceramic Slim setiap malam seperti yang dilakukan oleh Radityo yang lulusan Unpad dengan spesialisasi perikanan.
Tantangan lain yang harus dihadapi adalah cuaca saat hujan lebat mengguyur kota Bandung dan terpaksa mereka harus membereskan lapak dagangan dengan cepat dan segera mencari tempat berteduh. Tapi bila cuaca mendukung, maka Radityo hanya cukup sedikit berkeringat menggiling kopi setiap ada pemesan.
Bijhi Kopling tak enggan untuk datang menjemput pelanggan seperti tempat kos di kawasan ITB. Dengan minimal pemesan 10 cangkir, mereka siap menjemput pelanggan sesuai dengan perjanjian. Selain itu, usaha mereka berjualan kopi dengan Vespa cukup menarik perhatian dan sering diajak untuk meramaikan berbagai event seperti pesta pernikahan atau saat kegiatan sebuah komunitas.
Terakhir, menurut Radityo, karena keuntungan yang didapat cukuplah untuk uang “jajan” mereka akan terus melanjutkan usaha Biji Kopling.
Bagi Anda yang kebetulan berada di kota Bandung, Biji Kopling mulau membuka gerai setiap sore menjelang senja hingga tengah malam di gerbang ITB, jalan Ganesa Bandung.
* * * * *
Alinea pembuka membuat bingung sebenarnya, jadi yang digunakan apakah vespa tahun 1988 atau vespa tahun 1991 ? 😀 Oiya, skutik itu kependekan untuk skuter (oto)matik, dan vespa exclusive 2 tidak termasuk skuter matik 🙂
Tapi overall tulisan ini sangat menggugah, dan saya tidak malu mengakui berkeinginan untuk meniru usaha serupa 🙂
Terima kasih.
Ide yang unik. 😀
Butuh semangat ekstra untuk menjual dengan motor seperti itu. Luar biasa.
Seru banget, udah mulai kaya di luar negeri.. banyak juga yang jualan fresh coffee dengan sepeda. Beberapa waktu lalu saya sempet lewat di daerah sekitaran jalan Riau atau Banda (agak lupa) kota Bandung , ada yang jual manual brew coffee di atas bagasi mobil kecil (semacam Ag*a).. pretty interesting, it’s amazing to know that coffee waves is growing in our cities.
Boleh juga kalau ada pembaca yang tahu kontak mereka.
kalo ga salah namanya photocoffee pak Toni
Luar biasa… Semangat generasi muda.. Semoga menjadikan inspirasi generasi yang lainnya… Tetap semangat… BIJI KOPLING..?
Luar biasa. Saya salut saudara Yuri dan Radit. Semoga usaha ini bisa menjadi inspirasi anak muda lainnya.