Maxx Coffee

Bila saja berkehendak, tentunya bukan hal yang sulit bagi Lippo Group untuk mengakuisisi merek-merek bisnis kopi lokal yang sudah mapan di Indonesia sebagaimana yang telah dilakukan oleh konglomerasi JAB Holding Co. yang di tahun 2014 secara besar-besaran mengambil alih beberapa perusahaan kopi di Amerika seperti Green Mountain, Caribou Coffee Co., Peet’s Coffee & Tea, Stumptown, hingga Intelligentsia. Tapi pihak manajemen Lippo justru lebih memilih untuk memulai dari nol yang di tahun 2015 melalui anak perusahaan PT Maxx Coffee Prima melahirkan Maxx Coffee yang kini dikenal dengan logo burung hantu berwarna hijau.

Konsep. Salah satu gerai Maxx Coffee yang berlokasi di Gedung Berita Satu, jalan Gatot Subroto Jakarta selalu menarik perhatian saya saat melewati kepadatan toll dalam kota. Desainnya yang berbentuk kotak dibangun dari beberapa kontainer bertingkat dengan cat hitam dan penggunaan material kaca di bagian depan bernuansa vintage industrial. 

Masuk ke bagian dalam, pandangan pertama saya tertuju ke oven merek Turbo Chef, pemasak super cepat kelas wahid. Tapi tidak hanya berhenti di bagian itu, karena mesin kopi yang berbalut stainless, Victoria Arduino Black Eagle bersanding dengan penggiling Mythos One dari Nuova Simonelli. Satu lagi, Ditting KR 408, grinder kopi komersial yang khusus digunakan untuk keperluan seduh manual. Semuanya high-end.

Hanya Arabika. Di bagian menu, Maxx Coffee meracik berbagai ragam kopi, teh, coklat, dan light meals termasuk pastry. Khusus untuk kopi, Maxx Coffee hanya menggunakan varian arabika yang untuk saat ini kebutuhannya di pasok oleh salah satu roastery lokal termasuk untuk single origin. Mereka menjamin bahwa kopi yang digunakan tetap dijaga batas waktu kadaluarsanya dari tanggal roasting agar rasa yang dihasilkan tetap optimal.

Bali Kintamani, Gayo, atau Flores adalah sebagian dari kopi yang terdapat di Maxx Coffee dan sudah merupakan komitmen dari manajemen untuk terus menambah varian dari berbagai daerah penghasil kopi lainnya termasuk dari luar negeri seperti Colombia dan Ethiopia.

Bukan hanya kopi yang diracik dengan berbagai rasa, penggemar kopi bisa menikmati sajian kopi yang disiapkan melalui  peralatan seduh tanpa menggunakan mesin seperti french press dan V60.

Penetrasi Pasar. Bisa dikatakan kalau Maxx Coffee adalah jaringan kopi terbesar di negeri ini dan mereka terus melakukan penetrasi pasar di seantero Indonesia. Dari Jakarta dan kota-kota besar lainnya hingga ke pulau Buton yang terpencil di Sulawesi Tenggara Maxx Coffee hadir.

Sebuah rekor telah dibukukan oleh Maxx Coffee, sebagai jaringan kopi paling ekspansif yang telah membuka 51 gerai hanya dalam waktu satu tahun di berbagai kota di negeri ini. Bila ingin sesuai dengan target pencapaian yang telah ditentukan oleh manajemen, Maxx Coffee harus membuka 100 gerai lagi hingga akhir tahun 2016 ini.

Dengan jumlah gerai yang ada pada saat ini saja, Maxx Coffee adalah salah satu perusahaan kopi lokal pertama yang memiliki jaringan terbesar di Indonesia.

Mengapa Lippo Terjun ke Bisnis Kopi. Pertanyaan mendasar, mengapa Lippo kini terjun ke bisnis kopi ? Menurut Maddy Kusuma, Sr. Marketing Manager Maxx Coffee, kopi adalah bagian dari sebuah gaya hidup sejalan dengan salah satu misi perusahaan yang propertinya tersebar di banyak kawasan strategis.

Pertumbuhan kelas menengah, kopi yang sudah menjadi bagian dari gaya hidup, serta faktor utama seperti konsumsi kopi perkapita masyarakat Indonesia yang diperkirakan akan semakin menaik, membuat bisnis kopi di Indonesia semakin banyak dilirik oleh perusahaan sebesar Lippo.

Khusus untuk perusahaan ini, karena sebagai sebuah jaringan kopi lokal, Maxx Coffee tentu tak perlu membayar royalti apapun sebagaimana bisnis waralaba kopi perusahaan multinasional lainnnya.

Kehadiran Maxx Coffee tentu perlu dicatat sebagai salah satu peristiwa penting perkembangan kopi di Indonesia. Perusahaan dengan lambang burung hantu berwarna hijau ini sedang mengepakan sayapnya untuk meng-evangelisasi masyarakat akan kopi berkualitas dari Medan hingga ke Ambon serta daerah terpencil lainnya.

 *  *  *