Hidenori Izaki mengenang bagaimana ia menghabiskan sepuluh jam latihan setiap hari terutama di bulan-bulan terakhir dalam rangka persiapan World Barista Championship di tahun 2014 di Rimini, Italia. Mengharapkan naik ke panggung dan menjadi pemenang ? Sama sekali tidak ? katanya di sela-sela makan siang bersama principal Nuova Simonelli di sebuah restoran Indonesia kawasan PIK.
Ini perjalanan Hidenori yang pertama ke Jakarta sebagai bagian tur yang diadakan oleh Nuova Simoneli di kota-kota Asia. Bertempat di UPO Coffee and Co. Hidenori memberikan banyak tips tentang kebaristaan di hadapan puluhan undangan yang hadir dalam sebuah event yang juga bekerjasama dengan Toffin product.
Salah satu kata kunci yang ia kemukakan adalah masalah konsistensi produk. Kopi dengan variabel yang tak berbatas membuat konsistensi menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Barista. Ia mencontohkan bagaimana industri kopi termasuk produsen mesin espresso Victoria Arduino dengan model flagship VA388 Gravitech yang digunakan pada event tersebut berusaha menjawab tantangan dengan akurasi brewing ratio-nya.
Tapi ia juga mengingatkan bahwa tak ada sebuah magic number yang bisa dijadikan tolok ukur manakala berhadapan dengan mesin espresso. Kuncinya, lakukan percobaan sebanyak mungkin sesuai dengan profil kopi yang digunakan hingga di satu titik bisa menemukan rasa yang diinginkan.
Ia membandingkan betapa Indonesia khususnya di kota besar seperti Jakarta yang perkembangan kopinya melesat jauh. Hidenori juga melihat bagaimana antusiasme para Barista yang hadir untuk mendengarkan pengalamannya di luar dugaannya.
“Negara saya sudah punya pengalaman panjang dengan “specialty coffee” tapi perkembangannya tak secepat di Indonesia, hanya naik secara perlahan. Tapi di sini ? Ia mengangkat tangannya secara vertikal menandakan sebuah grafik yang menanjak secara drastis.
Bagaimana ia membuat kopi untuk dirinya sendiri ? Bila Hidenori menyatakan tak punya angka keramat rasio air dan kopi, tapi untuk filter kopi ia biasanya menggunakan perbandingan 8 gram kopi untuk 100 ml air. Setelah kepenatan berada di belakang bar kopi di siang hari, cukuplah ia menyendiri di apartemennya sambil menuang air panas ke Chemex atau jenis dripper lainnya.
Terakhir, benang merah apa yang ia ingin sampaikan di sela-sela waktunya yang pada kepada peserta yang hadir ? “Jangan berhenti belajar, terutama kepada orang-orang yang punya kredibilitas dibidangnya.
Juga jangan pernah melupakan aspek kebersihan, bukan hanya mesin tapi hingga toilet tempat para Barista bekerja. Untuk yang satu ini ia tidak mau berkompromi. “Karena kita bekerja dibidang hospitality, jadi kebersihan di toilet pun harus selalu diperhatikan” ujarnya serius.
* * *