Konon Ali Ibnu Umar Al-Shadhili, seorang salih pengikut tarekat Shadhiliyah yang mulai mengenalkan kopi kepada khalayak di kota Yaman. Mungkin dalam istilah kekinian, Shadhili adalah seorang Kyai sekaligus Barista yang dalam setiap ritual pembuatannya tak lupa meneriakan “Ingat, inilah minuman dari Mekkah”. Berselang lima abad kemudian, Marco d’Aviano, juga seorang Katolik yang taat dan sudah melakukan kaul abadi sebagai seorang Friar dari Ordo Capuchin Fransiscan, dikenal di Italia sebagai bapak penemu minuman cappuccino walau catatan dam bukti sejarah otentiknya masih harus digali lebih dalam. Qahwa dan Cappuccino, religiusitas, dan kedua orang salih ini patut dicatat hingga membuat kopi hitam dan cappuccino bisa dinisbatkan sebagai sebuah minuman yang memiliki psychedelic power !
Tapi saya tidak akan meneruskan rangkaian sejarah dalam tulisan ini, tapi bagi Anda yang belum tahu, kemarin tanggal 8 November diperingati sebagai Hari Cappuccino sedunia bersama Torabika. Sebuah perayaan sekaligus refleksi betapa kopi dan susu bagaikan sebuah pernikahan suci yang tidak bisa dipisahkan, walaupun kepada Paus sekalipun. Indissoluble.
Produk unggulan dari Torabika untuk jenis kopi dan susu tentu saja Torabika Cappuccino, kopi kemasan dengan coklat granule yang sudah malang melintang selama lebih dari satu dekade dan masih terus bertahan sebagai produk kopi kemasan siap saji yang digemari oleh konsumen setianya.
Aktor Marcel Chandrawinata turut hadir dalam acara yang diadakan di 101 Hotel kota Bandung. “Bagi saya minum kopi sambil ngobrol dan diskusi dengan teman bisa menghadirkan ide baru. Minum kopi juga tidak selalu harus di kafe yang mahal. Pengalaman nongkrong sambil ngopi juga bisa dilakukan di warung kopi”
Sedangkan Brand Manager Torabika, Cynthia Hosiana, rangkaian acara hari Cappuccino sedunia juga diisi dengan bagi-bagi satu juta kopi di 12 kota besar Indonesia yang salah satu tujuannya untuk mengenalkan minuman cappuccino kepada khalayak luas sekaligus mengajak menikmati pengalaman ngopi ala cefe. Di Bandung, kegiatan telah dilaksanakan di lapangan Monumen Perjuangan pada tanggal 8 November.
Cynthia juga menegaskan bahwa Torabika menggunakan 100 persen kopi dari Indonesia yang produknya telah diekspor ke lebih dari 100 negara di dunia.
Salah satu rangkaian acara penutup kemarin adlah peresmian warung kopi di kawasan ITB yang sering dijadikan tempat nongkrong oleh masyarakat sekitar terutama dari kalangan muda. Awalnya warung kopi yang telah berusia 13 tahun ini akan terkena gusuran karena menambah kumuh kawasan tersebut.
Namun atas bantuan dari pihak Torabika, rencana pimpinan RW setempat tidak jadi dilaksanakan setelah mereka mempercantik tempat tersebut sehingga keberadaanya tetap bisa dipertahankan.
Bila sebuah produk bisa bertahan lebih dari satu dekade, tentu ada hal yang istimewa. Torabika Cappuccino !