Saya masih mengingat dengan jelas bentuk bangunan dan tata letak beberapa coffee shop di daerah Hongdae, Seoul, Korea Selatan. Tak terlalu besar, dengan ukuran yang hanya sekitar 2-3 meter lebar dengan bentuk memanjang. Tempat yang kecil memang cenderung membuat suasana terasa lebih hangat dengan jarak antara Barista dan pengunjung yang lebih dekat. Nah, kira-kira begitulah keadaan di 9 Cups Coffee Roastery di bilangan Jakarta Barat, tepatnya di jalan Taman S Parman No. A4 yang lokasinya berada di jalan yang berdampingan dengan Universitas Tarumanegara.
Malam yang panjang
Saya mengenal Lidya (34) yang awal mulanya sering memberikan komentar di berbagai artikel blog terdahulu, maklum keluarganya adalah pedagang kopi di Pasar Pagi yang masih aktif hingga sekarang. Walau awalnya tak mau bersentuhan dengan kopi, tapi pekerjaan sebagai seorang akuntan di salah satu perusahaan yang bergerak dalam agribisnis membuatnya harus mencari teman begadang, dan siapa lagi kalau bukan secangkir kopi.
Di situlah malam-malam Lidya ditemani oleh cairan penghangat yang menemaninya mengerjakan tugas kantor yang ia harus lakukan di base camp belantara Kalimantan. Pernah mengikuti kegiatan Jakarta Brew Champ, lomba seduh kopi yang diselenggarakan oleh cikopi dipenghujung tahun 2012 dan sejak itu langkahnya susah terhenti. Apalagi mulai berkenalan dengan banyak orang yang bergerak di industri ini.
Quest M3
Istri dari Michelangelo Iwan (36) lalu berguru di ABCD Pasar Santa dengan juri World Barista Competition (WBC) Hendri Kurniawan yang turut memberikan kontribusi dan ide kreatif saat mendirikan 9 Cups yang kini sudah beroperasi. Perlu di catat bila coffee shop ini hanya buka dari jam 3 sore hingga 9 malam dengan pengunjung yang banyak dari kalangan pelajar dan mahasiswa.
Tapi sebelum memutuskan untuk membuka 9 Cups, Lidya melakukan investasi penting dengan membeli sebuah mesin roasting listrik merek Quest M3 yang ia gunakan hingga sekarang. Dengan mesin roasting inilah Lidya mulai mempelajari prilaku biji kopi saat dipanaskan di ruang drum dan secara perlahan ia memberanikan diri untuk berkreasi menciptakan beragan roast profile yang kini digunakan di coffee shop-nya.
9 Cups di bulan Oktober 2014
Rupanya “wangsit” menyatakan bahwa Lidya harus mulai terjun sendiri ke bagian hilir industri kopi Indonesia. Maka dibulan Oktober ia mulai menaikan bendera 9 Cups Coffee & Roastery dan resmi membuka coffee shop yang hingga sekarang ditangani berdua bersama sang suami.
Walau idealisme Lidya kadang harus terkalahkan oleh tuntutan konsumen, tapi menurutnya secara perlahan bukanlah hal yang aneh bila sudah mulai banyak yang bisa menikmatu sajian kopi seduh tanpa mesin espresso.
Kini bangunan dua lantai yang total luasnya hampir mencapai 50 meter persegi adalah tempat Lidya dan Iwan, pasangan suami istri yang selalu kompak di belakang bar.
Nine Cups menyajikan kopi dari beberapa setra produksi di Indonesia termasuk dari perkebunan di Jawa Barat yang terus menanjak popularistasnya belakangan ini.
Sajian kopi hasi roasting Lidya di 9 Cups wajib Anda coba, dari Arum Manis hingga kopi-kopi lainnya yang di-roasting oleh perempuan yang sudah berhenti total dari kungkungan pekerjaan rutin kantornya demi mendedikasikan waktunya untuk 9 Cups. Sebuah keputusan yang tak sekalipun ia sesali karena membuat banyak teman saya dan mungkin juga Anda bisa berkunjung ke tempatnya,
* * *
Awesome!!
Kalau tidak salah sy pernah bertemu dengan mbak Lidya pada acara A Festival All About Coffee yg diselenggarakan di bright spot pop-up mall Senayan City, saat itu sy mencoba kopi Arum Manis nya yg di serve oleh mas Iwan Setiawan atau biasa di kenal dengan Johni (ILAC)
Semakin banyak tempat yg harus di kunjungi nih, hehehe
Terima Kasih atas kunjungannya dan tulisan artikelnya Pak. 🙂
Sama2 Lidya, semoga 9 Cups lebih banyak dikenal sebagai tempat yang saya rekomendasikan terutama di kawasan Jakbar.