Gott ist das detail, kata arsitek legendaris dari Jerman, Ludwig Mies van der Rohe, dan rasanya tak berlebihan bila saya menghubungkannya dengan Eva Solo, alat pembuat kopi dari salah satu negara di Skandinavia, Denmark. Minimalis, fungsional, presisi, ergonomis, dan sekali lagi detailnya yang luar biasa.
Detail itu maha penting
Dengan keyakinan penuh, wajah saya tentunya agak mirip dengan George Cloney, tapi sayangnya pada sisi detail perbedaan sekian milimeter di bagian mata hidung, dan tentu saja nasib, membuat semuanya jadi buyar. Kira-kira itulah yang dimaksud dengan betapa pentingnya sebuah detail kecil yang menyatukan sebuah konsep produk yang bukan hanya fungsional, tapi juga punya nilai estetika yang tinggi sebagaimana Eva Solo. Berpusat di Denmark, Eva Solo menyediakan beragam keperluan rumah tangga dengan desain dan harga premium tentunya.
Otten Coffee
Otten Coffee telah berbaik hati mengirimkan Eva Solo atas permintaan saya untuk melengkapi tulisan tentang alat seduh kopi yang sudah ada. Di antara banyak toko on-line, mungkin hanya Otten Coffee, yang sampai saat ini menyediakan Eva Solo. Otten berpusat di kota Medan yang didirikan di tahun 2012 dan juga bergerak dalam bisnis export kopi Mandheling ke Korea.
Desain Eva Solo
Eva Solo sudah hadir lebih dari satu dekade dengan menggunakan bahan dari gelas borosilicate yang lebih kuat menerima panas seperti halnya pada merek gelas pyrex yang banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga. Untuk menjaga temperatur agar tidak cepat turun, Eva Solo dibekali dengan jaket yang terbuah dari bahan neroprene, atau material karet sintetis dengan dilengkapi zipper.
Lalu sebuah mesh filter yang akan menyaring kopi yang akan dipersatukan dengan penutup khusus untuk memudahkan saat menuang kopi. Kelengkapan lainnya berupa satu paddle untuk mengaduk kopi yang terbuat dari plastik. Eva Solo mengeluarkan dua ukuran yaitu 600 dan 1000 ml, dan yang Anda lihat adalah ukuran 600 ml yang tingginya 22 cm dan berdiameter 12cm.
Menggunakan Eva Solo
Saya mulai “menelanjangi” jaket neoprene Eva dan tak habis memperhatikan keindahan lekuk tubuhnya yang transparan. Lalu membuka tutupnya untuk mengambil mesh filter yang lagi-lagi tak pernah melihat kejanggalan dari sebuah rekayana produk khas negara-negara Nordik.
Khusus untuk bagian tutupnya, setelah ditekan cover atasnya walau seakan sudah mengunci ternyata tak perlu dilepaskan pada saat akan digunakan karena kopi akan keluar pada saat alatnya dimiringkan ke arah cangkir. Sebuah paten khusus bagian penutupnya telah didaftarkan dari hasil kreasi dua orang desainer Eva Solo yakni Henrik Holbaek dan Claus Jensen.
Eva Solo dan French Press
Semula saya menganggap bahwa alat ini bisa diajak bepergian karena ada penghangatnya, tapi asumsi itu ternyata keliru. Hal ini disebabkan oleh prinsip Eva Solo yang menggunakan metode submersible atau merendam bubuk kopi sebagaimana french press, tapi tanpa harus ditekan untuk memisahkan bubuk kopinya.
Boleh saja kopi didiamkan dalam jangka watu lama, tentu dengan rasa yang lama kelamaan akan berubah karena over brewed. Eva Solo hanya membekali dengan satu stirrer plastik untuk mengaduk kopi hingga rata sebelum disajikan.
Secara singkat, setelah carafe dihangatkan, tinggal masukan kopi sesuai dengan takaran yang biasa saya sebutkan di sini, 10 gram kopi untuk 150 gram air, hanya sebagai indikator awal yang nanti bisa diubah untuk menyesuaikan rasa kopinya. Lalu tuang air panas, aduk, dan pasang kembali jaketnya untuk kemudian didiamkan selama 3 hingga 4 menit guna memberikan waktu ekstraksi yang optimal.
Saya harus berhati-hati saat kembali memasangkan jaket neoprene nya karena ukurannya yang sangat ketat, tapi pada dasarnya tidaklah terlalu sulit karena bersifat elastis. Menunggu beberapa menit, saya tak lepas memandangi Eva.
Eva memang cantik, bentuknya yang ideal dan bisa terus dinikmati … hasil seduh kopinya yang saya maksud.
The gorgeous Eva !
* * *
mantap…
Kurang foto filter setelah proses, apakah susah membersihkannya atau sensitif?
Kedua, harganya berapa kira2 kalau dijual dipasar?
Makasih kang
Cantik alatnya..
jaketnya lucuk ya
kopiku kental…..musiknya kerasss….emang enaaak kopiiiinya TW…..
mantebs…
kang TW mah George Cloningan
Like This…
Cikopi memang TOP…. Pionir:)