Fai (31) seperti biasa kami memanggil namanya karena kesulitan melafalkan nama lengkapnya Sutinee Amornpatanakul tak henti berbincang sepanjang perjalanan ke perkebunan kopi di Cibeber, kawasan Ciwidey di Kabupaten Bandung. Ini kunjungannya yang ketiga kali ke Indonesia dan baru petama kali diajak untuk melihat perkebunan kopi bersama Nathanael Charis dari Morning Glory ke lokasi dengan ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut. Bila di Indonesia punya Mira Yudhawati sebagai WBC Sensory Judge yang pertama, sedangkanFai adalah orang pertama yang berhasil meraih posisi tersebut di negara Thailand.
Lulusan King Monkutt University of Technology Thorburi dengan spesialisasi program komputer, Fai tentu tak punya pikiran untuk masuk terlalu jauh ke industri kopi khususnya di Thailand. Namun sang paman, Sam Tanadej Kamonchan yang kebetulan mengelola majalah Coffee Tea & I adalah orang yang paling bertanggung jawab membawanya masuk ke industri ini.
Karirnya diawali di tahun 2000an sebagai tenaga pemasaran peralatan dapur untuk restoran di perusahaan K2 milik pamannya. Di tahun tersebut Sam mulai melirik potensi kopi spesial di Thailand dan mulai menjadi pemasok mesin espresso dan berbagai perangkat cafe. Prediksi perusahaan ini tidak meleset dan K2 menjadi salah satu pemain utama sebagai one stop shopping untuk kopi berikut berbagai atributnya di Thailand.
Di sinilah dimulai keterlibatan Fei yang “terpaksa” mulai belajar secara otodidak mengoperasikan mesin espresso dan menjadi pelatih untuk klien perusahaan K2. Ia belum terlalu serius mengikuti perkembangan kopi spesial, tapi di tahun 2008 menjadi titik balik saatuntuk pertama kali mencicipi kopi Sidamo dari Ethiopia di event SCAA Exposition tahun 2008 yang diadakan di kota Los Angeles.
“Baru kali ini merasakan kopi seperti “lemon tea” sebuah pengalaman yang menakjubkan dan mengubah pandangan saya mengenai rasa kopi yang biasanya saya minum di Thailand. Di negara kami, kopi disajikan secara pekat karena di roast dengan warna yang sangat gelap. Kami menikmatinya dengan susu kental agar mendapatkan rasa manis. Hingga saat ini kesetiaan saya terhadapa kopi Ethiopia tak berubah, bukan karena alasan romantis, tapi memang cocok dengan selera saya” demikian jelas Fei panjang lebar tentang wangsit yang ia terima pertama kali.
Setiba di perkebunan Cibeber di kawasan Ciwidey yang sejuk, indikator elevasi di mobil sudah menunjukan ketinggian 1300 meter di atas permukaan laut. Cuaca sejuk menyambut kami di desa Mekarsari setelah menempuh kurang lebih setengah jam perjalanan dari jalan Sukasari, Ciwidey. Jalan yang banyak tak beraspal dan terus menanjak tak membuat mobil 4×4 kehabisan nafas dan terus melaju walau harus terguncang di sana sini. Akses transport adalah tantangan utama untuk mencapau tujuan ke pintu masuk kebun kopi arabika. Perjalanan ke kebun ? Siapkan fisik prima untuk medan yang cukup menantang apalagi saat musim penghujan.
Perkebunan kopi di Cibeber baru berusia kurang dari lima tahun dan menjadi gantungan hidup ratusan petani yang menggarap lahan Perhutani seluas 250 hektar. Morning Glory terus melakukan pendampingan teruatam pada tahap proses pasca panen agar biji kopi yang dihasilkan bisa masuk kriteria ketat yang ditetapkan oleh para pembeli dari luar negeri yang salah satunya adalah Australia.
Fai langsung diajak melihat proses pengolahan kopi milik Asep (33), salah seorang petani yang mulai menerapkan proses pengolahan untuk memenuhi kriteria permintaan dari para pembeli. “Kami yang dari Thailand sangat jarang atau hampir tidak pernah melakukan perjalanan ke kebun kopi, jadi inilah kesempatan buat saya secara langsung melihat kehidupan pertani di sini. Ah, kalian sungguh beruntung bisa punya akses ke berbagai kebun kopi yang sangat luas di Indonesia” ujar Fai bersemangat.
Sebagai Juri WBC, Fai telah berpartisipasi sebagai judge di berbagai lomba barista yang diadakan di negara-negara ASEAN hingga terakhir di ajang kejuaraan Barista Dunia di Melbourne bulan Mei 2013. Selain itu, Fai juga memegang jabatan sebagai salah satu pengurus di Asosiasi Barista Thailand yang bertujuan untuk berbagai ilmu dan mempromosikan kebaristaan yang saat ini sedang berkembang dengan pesat di sana.
Kini K2 tempat perusahaan Fai bekerja mewajibkan semua karyawannya untuk belajar memahami kopi dan membuka sekolah barista yang pertama di negara Thailand. Untuk sementara Fai akan terus bekerja di perusahaan milik sang paman sembari terus melakukan berbagai aktivitas termasuk untuk meningkatkan profesionalitas Barista di negaranya.
Sayangnya Fai harus segera kembali pada penerbangan pagi hari Selasa tadi. Tentunya ia tak sabar untuk segera bertemu dengan 2 anjing berikut empat kucing yang ia rawat setelah ditelantarkan di jalanan kota Bangkok. Obrolan mungkin akan dilanjut setelah ia berjanji untuk segera berkunjung ke Indonesia dalam waktu dekat.
* * *
Mantap! Klo bisa di utamakan buat pasar lokal ya
Tulisannya sangat BAGUS dan BERMANFAAT,
SUKSES SELALU.
Dari:
Alif Group (Car’ n Motor cycle Rental)
http://rentalmobilyogyakarta.blogdetik.com/
0274 – 6959 520 (Flexi), 0274 – 743 4961 (Flexi), 0878 6053 4593 (XL)
fotonya mantap pa…!
kopi nya merah menggoda
itu makan siang mie ayam ato baso yah
Baksonya sangat menggoda, Pak 🙂
*lap iler*