Popularitas alat seduh Chemex di Indonesia sudah cukup banyak dikenal walau saya meyakini jika metode pour over dengan alat Hario V60 misalnya, jauh lebih banyak digunakan. Bisa jadi kendala harga dan filternya yang berlipat atau jarangnya ketersediaan alat ini di pasar membuat Chemex seakan menjadi mahluk langka. Tapi popularitas Chemex tetap tak tergoyahkan sejak pertama kali ia diciptakan oleh Peter Schlumbohm warga Amerika kelahiran Jerman lebih dari tujuh dekade lalu, tepatnya di tahun 1941.
Chemex adalah salah satu ikon budaya pop dan alat seduh kopi selain Syphon (Gerhard Behrend), Moka Pot (Richard Shapper), Sintrax Coffee Machine (Gerhard Marcks) yang dipajang di galeri sekaliber Museum of Modern Art– New York. Jika Anda adalah penggemar kopi sekaligus penyuka seni rupa khususnya desain produk, setidaknya Chemex adalah benda yang wajib dikoleksi.
Alat ini pada dasarnya menggunakan metode drip sebagaimana cara tuang pada filter kerucut pour over, namun penemunya Peter Schlumbohm yang telah melakukan riset menyatakan pada brosurnya bahwa Chemex akan menghasilkan kopi yang pekat (full body), kaya rasa (full flavor) , that is never bitter. Katakanlah klaim ini benar, namun perlu digaris bawahi bahwa faktor kopi yang masih fresh, temperatur air, dan alat giling kopi yang tepat adalah variabel yang sangat penting, terlepas dari alat apapun yang digunakan.
Memandang Chemex yang sekilas seperti jam pasir atau mungkin lebih tepatnya erlenemayer flask yang biasa terdapat di laboratorium kimia. Sebagaimana Syphon, saya perlu berhati-hati dengan peralatan seduh yang materialnya terbuat dari kaca yang bila retak akan mengakhiri pengabdian Chemex sebagai alat seduh yang artistik ini. Satu benjolan kecil yang terdapat di badan bagian bawah adalah indikator bila volume air telah mencapai 400 ml, sebagaimana kapasitasnya yang hanya tiga cangkir.
Sebelum mencoba Chemex beberapa peralatan standard yang diperlukan antara lain grinder kopi, yang listrik sebisa mungkin dan dilengkapi setting halus-kasar, filter khusus untuk Chemex (half moon), dan tentu saja biji kopi kegemaran Anda.
Alat berikut sifatnya “jika ada” atau optional seperti ceret khusus untuk menyeduh kopi (bukan untuk menyiram tanaman 🙂 ), merek Hario Buono, Tiamo, dan beberapa tipe lain yang dijual di pasaran. Buat yang mementingkan ketepatan, sebuah alat pengukur suhu akan sangat membantu mengontrol panas air yang diinginkan. Terakhir, sebuah timbangan digital seperti milik saya dengan merek Tanita KD160WH yang sudah setia mendampingi bertahun-tahun tanpa pernah mengeluh. Selain untuk menimbang biji kopi, timbangan digital akan sangat berguna bila kita akan mencoba menyeduh kopi dengan mengitung berat air, bukan volumenya seperti yang saya praktekan di sini.
Untuk rasio seduh, supaya gampang saya tetap akan menggunakan perbandingan 1/15, atau 1 gram kopi untuk 10 ml air, jadi untuk 10 gram per cangkir, air yang diperlukan adalah 150 ml atau diubah ke gram karena akan menggunakan sistem berat.
- Siapkan filternya dan lipat sebagaimana yang saya perlihatkan pada foto di bawah, lalu masukan ke dalam Chemex
- Giling kopi dengan ukuran medium dan saya memulainya di angka 3 pada grinder Latina. Bilamana kopi terlalu pekat akibat ekstraksi yang terlalu lama, kita tinggal megubah lagi ukurannya menjadi lebih kasar. Perobaan inilah yang membuat kita memerlukan sebuah grinder.
- Panaskan air hingga mendidih dan basahi filter dengan air panas untuk mengurangi aroma zat pemutihnya.
- Masukan kopi sesuai takaran, misalnya 20 gram
- Set timbangan di angka “0” dan mulai melakukan pre-wet atau membasahi permukaan kopi agar mengembang atau blooming yang biasanya terjadi bila kopi masih baru saja di roast. Jumlah air tinggal dikali dua untuk lebih mudahnya, jadi untuk 20 gram kopi cukup dengan 40 gr air untuk pre-wet. Mohon koreksi bila saya keliru, bahwa kopi akan menyerap air dua kali lipat beratnya.
- Selajutnya tinggal mengucurkan air sambil terus melihat temperatur air agar tidak keburu dingin hingga angka ditimbangan mencapai angka 300 gram. Karena slow extraction, jadi saya melakukannya dengan perlahan hingga air tidak membanjiri kopi dengan gerakan memutar, namun tetap berusaha membasahi semua permukaannya.
Lalu bagaimana rasanya ? Menurut Mirza Luqman, seorang Q Grader Chemex lebih mengeuarkan flavor, body yang lebih intens dibanding pour over seperti V60. Jadi bagaimana pendapat Anda yang telah menggunakan Chemex ?
* * *
Ceretnya bagus om TW, mirip Takahiro hehehe…
Ritual menyeduh kopi yang syahdu..
Diakhiri dengan secangkir kopi sempurna
Ketika proses seduh demi kenikmatan secangkir kopi menjadi sebuah ritual dengan nilai seni dan sejarah yg berkelas, CHEMEX
Nyeduh kopi memang ada ritualnya
kasih link bukan iklan buat nambah seru2an chemex boleh ya oom…
Cool 50-Second Chemex Video http://bit.ly/12bIXyP
Numpang promo om..email ke ayanganggreino@yahoo.com bila anda membutuhkan produk hario..dijamin original 101%..
Kalau sudah begini, minum kopi itu bukan dari warna, aroma dan rasanya saja, tapi proses menuju ke sana bisa-bisa mempunyai bobot nilai 50% dari seluruh KENIKMATAN Kopi
Setuju…
seni sangat mendominasi alat ini.
baik design nya maupaun cara nyeduh nya …
one of the most artistic coffee brewing tools you must have!
terlepas dari karakteristik rasa yang diciptakan dari setiap alat seduh ( including this awesome chemex) saya pribadi juga sangat mengapresiasi alat ini sebagai salah satu produk seni
just take a look at those curves and wooden grip and you would experience how to fall in love at the first sight 🙂
agak ribet juga ya cara mendapatkan secangkir kopinya…..
Pasti yg melipat kertas filter itu dek nona 🙂
Dek nona jadi asisten papa yah? Hehehe….
Alat seduh yg satu ini memang wajib dimiliki karena benar2 mantab di lidah..
wah… ada ulasan mengenai chemex ini, semakin membulatkan tekad untuk membeli nya :p tapi sayangnya philocoffee sedang kehabisan :(. dimana ya harus mencarinya?
Mantabbb dan berseni bangetttt…..:)
Pak Toni, menurut pak toni worth belinyg 3 cup atau yg 6 cup yah?
Soalnya kalau yg 3 cup tdk bisa menggunkan. Able cone?
semoga bisa beli alat seduh ini….