Bila sedang berada di jalan Sabang, Jakarta Pusat yang sering macet itu, coba sesekali mampir ke Saudagar Kopi. Lokasinya tak sulit untuk dicari, sangat berdekatan dengan toko kaset dan CD Duta Suara atau tepat bersebrangan dengan rumah makan Padang. Tempatnya memang kecil, dengan lebar kurang dari 3 meter dan panjang sekitar 15 meter serta 13 meja, tapi tempat ini menjadi salah satu langganan Budi Prasetyo, pemenang ke-3 Jakarta Brew Champ yang merekomendasikan saya untuk berkunjung kemari.
Mereka baru buka di bulan Oktober kemarin yang dikelola oleh Deviana Arifin (37) urang Bandung yang rela meninggalkan pekerjaan mapannya sebagai staff keuangan di perusahaan minyak multinasional dari Inggris setelah menyadari bahwa ia bukan tipe orang kantoran. Jadilah Devi berkolaborasi dengan salah satu saudaranya yang sama-sama suka kopi dan masak membuka coffee shop yang lalu mereka tasbihkan dengan nama Saudagar Kopi.
Tapi sebelumnya Devi yang lulusan ilmu akuntansi tahun 1998 di Universitas Katolik Parahyangan Bandung ini harus membekali dirinya dengan ilmu kebaristaan yang ia peroleh di kota yang sama. Selanjutnya ia mulai mempersiapakan diri mempelajari seluk beluk kopi hingga akhirnya melahirkan Saudagar Kopi
Tempat ini menyajikan beberapa variasi menu kopi dengan harga yang sangat kompetitif, jadi Saudagar Kopi sangat bersahabat dengan isi dompet saya, misalnya saja secangkir Caffè latte masih ditawarkan dengan harga 18 ribu, Americano 15 ribu, dan yang paling mahal caramel macchiato, 25 ribu.
Untuk urusan kopi, Saudagar Kopi hanya menyediakan satu varian saja yang berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur dan untuk saat ini mereka belum berniat untuk menambah koleksi dari daerah lainnya. Di waktu yang akan datang Devi akan menyiapkan satu mesin roasting kecil untuk keperluan cafe mereka, sebuah langkah yang bukan mengikuti trend, tapi semata untuk lebih mendalami esensi bisnis ini.
Kalau cafe lain musik latar belakangnya lebih banyak ke genre pop, tapi baru kali ini saya bertandang ke sebuah kedai kopi yang kebetulan sedang memutar musik tradisional kecapi suling Sunda yang buat saya terasa divine. Ah, musik masterpiece Jawa Barat ini sungguh lebih menambah kesyahduan dalam menikmati secangkir kopi. Apalagi disajikan oleh barista yang mantan musisi dan pandai bermain piano, keyboard, gitar, dan entah alat musik apalagi, namanya Kang Ucup, mantan anak band. Cocok bukan ?
Saudagar Kopi memang bukan tempat yang berhiasakan interior extravaganza, tapi semoga secangkir kopi di sini bisa memperbaiki suasana hati dan sejenak tetirah dari kemacetan kota Jakarta.
* * *
Artikel yang bagus dan bermanfaat.
Terimakasih dan salam sukses
Pak Toni, Mohon info tempat belajar/Training Barista di Jakarta/Depok, dan kiat kiat untuk membuka kedai kopi. Rencana pengin juga buka kedai kopi kecil kecilan.
Terima kasih.
Salam
Djatmiko
* SELAMAT & SUKSES, SK!!
Ada kepercayaan tersendiri bahwa hanya kopi yang terbaik yang akan saya dapatkan setiap kali saya mampir ke SK…
Mengawali hari saya dengan secangkir kopi enak dari SK, membuat hari saya berbeda!!
SELAMAT & SUKSES, DV!!
Banyak orang yang bermimpi dan berani berkata2 yang muluk tetapi sedikit yang berani membanting stir dan mewujudkan mimpinya.
Kamu adalah salah satu yang “sedikit” itu!!
Go girl! It won’t go wrong because you put heart on it…
Baru minggu lalu sempet mampir ke saudagar kopi, ketemu sama neng Dephi dan ngobrol..
😀
Hatur nuhun, Pak Toni buat ulasannya yang selalu OK juga buat komen teman2 yang sangat menyejukkan hati & menambah semangat sang Corporate Slave yang baru saja mencoba jadi Saudagar Kopi 😀
Semoga kami dapat terus berkarya menciptakan menu2 baru yang berkualitas dalam waktu dekat ini… Jangan bosan2 mampir yah kawan2. Kami selalu terbuka untuk kritik & sarannya.
See you all @SaudagarKopi!
Dephi
Selamat. Akhirnya saya menemuka Blog ini dari google setelah my partner yang peminum kopi sangat serius kebiasaan di Melbourne itu cerita, baru saja menemukan Sudagar Kopi yang katanya kopi paling serius dan nikmat yang baru ia jumpai di Jakarta. Suatu sore saya akan bertandang ke sana juga.
Faiza
Pak Toni adalah sosok musical buat saya, selalu peka terhadap bunyi2 melody yang mendukung mood untuk menyeruput Kopi.
Patut untuk saya coba datang ke Saudagar Kopi, semoga saya mendapatkan mood yang sama spt Pak Toni, ketika menurunkan tulisan ini.
Angkat Topi untuk neng Devi, salut atas keberanian yang mahal untuk merubah haluan dari corporate people yang mapan.
Sebuah lyric dari Paman Marley saya kutipkan untuk neng Devi
“….Emancipate yourselves from mental slavery, None but ourselves can free our minds.Have no fear for atomic energy,’Cause none of them can stop the time…”
(( Redemption songs – Nesta Robert Marley ))
ownernya berani banget banting stir jadi entrepeneur
tampatnya nyaman .. pricenya tejangkau bagi saya .. hahaa 😀
pasti mampir kalau pas di jakarta 😀
Pas di Jakarta saya pastikan untuk mampir kesitu.
Semakin banyak Kedai Kopi, semakin beragam budaya Kopi di Negeri Kita…
PAtut Dicoba !!!
Yes! Saya cukup sering mampir kesini… Harganya pas di dompet, kualitas makanan dan kopinya ok punya! Apalagi banyak cemilan tradisional yg maknyus disini… Recomended pokoknya!