Saya selalu menikmati setiap atraksi yang ditunjukan oleh para penyaji kopi saring dari Aceh. Menyaring kopi secara berulang dalam sebuah orkestra barista dengan tempo allegreto sebelum akhirnya membiarkannya mengalir dari ketinggian tertentu ke dalam cangkir di bawahnya. Romantis bukan ? Tapi saya selalu penasaran dari mana mereka mendapatkan instrumen berupa dua teko, satu gayung, tempat air panas, berikut mejanya, berapa harganya, dan di mana lokasi untuk mendapatkannya?. Ini tulisan saya terakhir tentang perjalanan di kota Banda Aceh dan tak komplit bila melupakan orang yang berada di belakang layar para wing kupi.
Menurut fixer atau pendamping saya selama di kota Banda Aceh, tak sulit untuk menemukan pedagang peralatan untuk kopi saring yang biasanya berada di pasar-pasar tradisional. Jadi hari terakhir, kami blusukan ke pasar induk Lambaro di kawasan Aceh Besar yang kebetulan berdekatan dengan lapangan terbang Sultan Iskandar Muda.
Perlu bertanya beberapa kali sebelum akhirnya seseorang menunjukan kios pengrajin alumunium yang cukup tersembunyi dengan cat berwarna hijau berukuran sekitar 4 meter persegi. Sang pemilik yang kemudian kami ketahui bernama Taufik (40), kebetulan sedang tak berada di tempat, namun akhirnya beberapa menit kemudian datang menyapa kami. Tentu saja Taufik pertamanya sedikit canggung melihat rombongan yang entah dari mana dan peralatan kamera mulai mengajaknya berbincang, tapi hanya sebentar obrolan singkat mulai terjalin.
Peralatan kopi sraing terdiri dari beberapa bagian, yakni dua tempat air panas yang berbentuk persegi panjang untuk dua jenis minuman, teh dan kopi. Lalu ada dua teko besar untuk menyeduh kopi yang salah satunya dilengkapi dengan saringan. Lain halnya untuk teh yang hanya menggunakan satu teko dengan ukuran yang lebih kecil, tapi tetap dilengkapi dengan kain penyaring. Lalu terakhir satu buah gayung untuk mengambil air panas berikut meja yang sudah didesain sedemikian rupa untuk meletakan dua tempat air panas.
Semakin tebal material alumunium tentu harganya akan lebih mahal, namun untuk mudahnya Taufik mematok harga termurah sekitar 400 ribuan untuk satu set perlengkapan tanpa meja. Lama pengerjaan biasanya kurang dari satu minggu dan peralatannya telah banyak dijual untuk keperluan kedai kopi saring di berbagai pelosok Banda Aceh.
Jadi lain kali Anda menikmati kopi, boleh mengingat Taufik, yang merupakan salah seorang yang berada di belakang atraksi para wing kupi dalam tradisi menikmati kupi saring di Aceh.
* * *
Di jakarta beli dimana ya pak?
Pak Tonny,
Kopi saring Aceh ini pada umum nya menggunakan kopi jenis apa ya? Robusta atau Arabica?
Umumnya robusta asal Lamno
set lengkap steam, cangkir sm saringannya brp ya bang toni?? trs kalau mau pesan lewat mana?
untuk kain yang di pakai menyaring, bahannya dari apa ya pak
Saya suka artikel2 yang Pak Toni berikan untuk kami para barista dan pencinta kopi begitu informatif dan menarik. Saya jadi ingin mencoba kopi saring Aceh karena artikel bapak, hehe.. Dan semoga para wing kupi di Aceh bisa lebih di apresiasi oleh dunia perkopian di Indonesia atau mungkin akan muncul para wing kupi di jakarta berkat artikel ini.
Selamat siang pak Toni, saya Todo dari Tanjungpinang senang sekali membaca artikel barunya, terima kasih sudah menginspirasi dan mengedukasi
@ charles: di kedai kopi ulee kareng memang setau saya pake gelas bertuliskan made in france itu di bawah gelasnya.
Nah…ini dia blog yang selama ini sering saya dengar tentang ahlinya kopi, tapi baru skrg sempet mampir. Tulisannya bagus mas. Saya ijin nge-link ya, plus sekalian copas beberapa pernyataan mas Toni yang pernah dimuat di Tempo. Terima kasih. Oh iya, salam kenal….
Ini maksudnya nunggu undangan ke Lombok atau ada liputan lain pak?saya masih coba mendalami dan pelajari budaya ngupi di Lombok,dan tidak terlalu mudah menemukannya.rencana beralih ke daerah perkebunan
Itu kopinya robusta kan pak Ton……?
kopi saring , di banda aceh sudah menjadi primadona sejak lama dengan sajian favorit nya “sanger” …
bang, sanger su’um !!
* bang, sanger panas !!
ucapan yg biasa di ucapkan peminum kopi di aceh.
Pak Toni, itu gelas Duralex France bukan?
Apa itu gelas punya Pak Toni atau memang dari toko nya?
Kang Toni, pertanyaan yang sama yang selalu menggelayut di benak saya setiap kali melihat atraksi barista kopi tarik ini… 🙂 terima kasih untuk liputannya. Btw kalau cuma gelas dan saringannya ‘kaos kaki’nya kira2 berapa yah Kang? 🙂
Bangun pagi lihat ada artikel baru..langsung nyeduh kopi dulu..baru deh baca sambil ngupi pagi..good morning all..thanks utk liputannya kang toni..