Saya datang tepat di malam Minggu tadi ke Jakarta Culinary Festival acara sebulan penuh (4-31 Oktober) yang bertempat di Mall Grand Indonesia dan bertemu dengan Adi W. Taroepratjeka dan sang istri Mia Laksmi yang keduanya sedang bersiap menyuguhkan presentasi tentang kopi kepada para pengunjung. Mengambil lokasi di booth Coffee Djournal milik group Ismaya. Menyenangkan melihat puluhan pengunjung dengan khidmat dan antusias mendengarakan Adi yang juga merupakan pembawa acara Coffee Story di Kompas TV.
Ini beberapa dua poin penting dari presentasi Adi malam tadi yang saya anggap penting untuk dibagi kepada para pembaca :
Selera atau rasa sifatnya subyektif, jadi penikmat kopi tak usah segan berkata lantang “inilah kopi kesukaan saya” baik itu varian arabika, robusta, pun kopi yang di jual di kios rokok. Kebiasaan menikmati kopi yang sudah mendarah daging selama bertahun-tahun tentu telah mencipatkan palette yang sesuai dengan masing-masing individu. Kopi kental dan pahit hingga harus ditambah gula merupakan kenikmatan tiada tara bagi yang menyukainya walaupun bagi sebagian individu yang lain punya preferensi rasa yang bertolak belakang. Dua-duanya tidak ada yang salah, toh Anda sendiri yang meminum dan berhak menghakiminya.
Alat giling kopi wajib dimiliki ketimbang mesin espresso dan tak usah yang mahal, cukup yang difungsikan dengan tangan. Menyiapkan kopi dengan menggiling sendiri akan memberikan pengalaman yang jauh berbeda dibanding dengan membeli kopi yang sudah menjadi bubuk. Alat giling kopi membuat penikmat kopi bisa mencoba berbagai alat seduh yang lain karena harus disesuaikan halus-kasar nya.
Dalam presentasinya Adi menyajikan tiga varian kopi yang berbeda kepada 24 peserta yang hadir malam itu. Lalu mereka diminta untuk mencoba sesuai dnegan kebiasaannya, misalnya boleh menambahkan gula bila diperlukan. Dari ketiga jenis kopi tersebut, peserta diminta memilih kopi yang menjadi favoritnya. Hasilnya ? Robusta dari Bengkulu dipilih sebagian besar oleh para peserta sebagai kopi yang paling digemari dan dua jenis Arabika menempati urutan di bawahnya.
Adi menyatakan bahwa inilah sebuah ilustrasi sederhana bagaimana masih banyak menggemari kopi dengan karakter yang pahit yang terbukti dengan pilihan apra peserta.
Tentu masih banyak Adi bercerita tentang pengalamannya mengunjungi berbagai sentra produksi kopi di Nusantara dan profesinya sebagai salah satu konsultan F&B. Tapi benang merah acara ini : kopi meminta kita untuk jujur dengan diri sendiri dan jangan segan untuk mengemukakan pandangan bahwa inilah kopi yang saya sukai.
Jadi, kopi apa yang Anda sukai selama ini ?
* * *
Jadi, kalo sukanya keukeuh sama produk kopi logo medusa hijau itu, biar bisa bikin sendiri di rumah, beli alat apa dan kopi apa ya?
eh sorry Pak Toni aku pikir ini blognya Yudis (@tukangkopi) hahahahahaa~ *kok bisa yah*
gak kasih tau ada event giniannnn 😐
bener2 deh,acara penting dan menarik gini kok ga sempet dateng 1 hari pun…
btw kopi toraja is the best! (buat saya :p)
syukurlah… kopi Bengkulu disukai peserta…..terima kasih pak ats liputanya…. maju terus kopi Bengkulu…
bagi yang minat untuk grean beans kopi bengkulu arabika dan robusta (partai kecil) silahkan hubungi kami.
trims.
top dah! 🙂
Mas bayu beli grinder apa?
wah ternyata adi sudah lepas jenggot ya hehehe.. yak setuju banget, saya ikut mahzab dari cikopi.com untuk membeli grinder & hasilnya: PUAS! mesin espresso bisa menunggu 2-3 tahun lagi. moka pot + grinder = THE BEST *untuk sementara* hehehe..
Keren Pak..
“Saya menyukai kopi yang dibuat istri saya” <- jawaban saya kira2 10 tahun nanti.
sekali lagi maaannnnttaappppp
Masih galau nih..mau beli mesin espresso rumahan atau mengeksplorasi berbagai metode seduh manuaal yah??btw kang Toni,Kedai Kupi Maktal di Hotel Maktal Lombok sudah saya siapin untuk 3 metode seduh manual French Press,Vietnam Drip dan Tubruk,sambil nunggu Pak Toni ke Lombok nih..