Perhaps many of you are not aware that Jogjakarta just recently held it’s fourth annual Food Expo, from June 16 to 20 May 2012. There wasn’t much publication to publicize this event, but I went there nevertheless. It was the umpteenth time I visited the city, in which among other purpose was to visit some coffee shops and one of them belongs to an old friend of mine.
Image 2: Rocket Linea.
Boiler capacity : 14.5 liter
Power : 4500 watt, 3 phases
Aktive pre-infusion: 0.0 to 5.0 seconds
Volumetric
Of course, this exhibition didn’t merely display culinary and craft products of Jogja because at at one particular corner, a Rocket espresso machine was magnificently displated as a part of the exhibition. So I became acquainted with Rio – short for Gregorio – a 24 years old espresso machine distributor from a Jogja-based company called Artemy.
ECM (Espresso Coffee Machine) – the company that manufactures Giotto – has been acquired by Rocket and they are currently developing commercial espresso machines in which one of them is Rocket Linea. Unlike the previous ECM designs which emphasized on classical looks, Rocket renewed the exterior design using bold, curved line elements.
On the inside, a boiler with a volume of 14.5 liters supports the machine that requires 4500 watts of electrical power which, of course, makes it as a workhorse of a machine. One feature that became the mainstay of Linea is a pre-infusion interval that can be adjusted to one decimal digit and a maximum period of 5 seconds. Still carrying the E61 group head type, but with a weight of 0.5 kg standard weight of 4.5 kg which, according to the manufacturer, will further enhance the stability of the temperature with a tolerance of up to two digits.
At the end of the day, I was unable to resist Rio’s invitation to visit his gelato bar which was located at Kranggan street. The bar served Italian-style ice cream that was denser in volume since it didn’t not require air as what usual ice cream does, and of course it’s quite decent to call it a sinfully delicious treat, which was evident by the amount of patrons who frequented the bar. I do apologize for the absent of a photo that usually documents my culinary adventure, because I guiltily gulped it all down and before I realized it, it was all gone!
The journey continues on though…
Mungkin banyak yang tidak tahu tapi di Jogja baru saja dilangsungkan Food Expo yang ke-4, berlangsung dari tanggal 16 hingga 20 Mei ini. Publikasi yang tak terlalu gencar membuat acara yang sudah digelar ke-4 kalinya ini kurang begitu bergaung. Tapi saya berkesempatan mengunjungi pameran pada akhir pekan kemarin dalam sebuah perjalanan yang kesekian kali ke kota ini yang antara lain untuk berkunjung ke beberapa kedai kopi yang salh satunya milik sahabat lama saya.
Tentu saja pameran ini tak melulu menampilkan produk kuliner dan kerajinan khas Jogja karena di salah satu sudut bertengger mesin espresso Rocket yang juga menjadi peserta pameran. Jadilah saya berkenalan dengan Gregorio atau yang biasa dipanggil Rio dari perusahaan “Artemy” yang masih berusia 24 tahun sebagai distributornya di Jogja.
ECM perusahaan yang memproduksi Giotto sudah diakuisisi oleh Rocket dan kini mereka mengembangkan produk mesin espresso komersial yang salah satu tipenya adalah Rocket Linea. Berbeda dengan desain ECM terdahulu yang lebih berpenampilan klasik, Rocket mengubah tampilan luarnya dengan elemen garis dan lengkung yang lebih tegas.
Di bagian dalam, mesin yang memerlukan daya listrik 4500 watt ini didukung oleh boiler dengan volume 14.5 liter yang tentu saja menjadikannya sebagai mesin pekerja keras. Satu fitur yang menjadi andalan Linea adalah interval pre-infusion yang bisa diatur hingga satu desimal dan angka maksimal 5 detik. Masih mengusung group head tipe E61, tapi dengan penambahan berat 0.5 kg dari berat standard 4.5 kg yang menurut pabrikan akan lebih meningkatkan stabilitas temperatur dengan toleransi hingga dua digit.
Tak menolak saat Rio mengajak saya mengunjungi restoran gelato-nya setelah usai pameran yang berlokasi di jalan Kranggan yang menyuguhkan gelato, es krim ala Italia yang lebih padat karena tidak menambahkan udara sebagaimana es krim biasa dan tentu saja layak dijuluki sinfully delicious treat yang lokasinya selalu ramai pengunjung. Maaf foto gelato tak bisa tayang karena tandas dalam sekejap !.
Perjalanan masih berlanjut . . .
Walah kang coba konta2 saya,dari awal may saya lagi di jogja tuh…bisa ngobar alias ngopi bareng di jogja….
untung aja yg ng-brew naked portanya ga dipampang….:ngacir:
Wah, Pak Toni ke Jogja ya? Tau gitu saya samperin kemarin 🙁
Ada La Spaziale Vivaldi juga disitu 😀