Sebenarnya Jake yang nama aslinya Yuan Cheng Hu (胡元正) bisa saja jadi ilmuwan biokimia di negaranya Taiwan dan punya penghasilan yang jauh lebih mapan. Studi biokimia merupakan salah satu primadona keilmuan yang keahliannya banyak diperebutkan berbagai pusat penelitian khususnya di negara2 maju. Tapi hasratnya lebih besar untuk berkecimpung dalam industri kopi walau tetap tak meninggalkan keahliannya terutama dalam penelitian fisiologi tanaman kopi. Jack menjadi salah satu juri bersertifikat World Barista Competition (WBC) dari Asia dan sengaja datang ke Indonesia untuk menjadi Head Judge pada grand final kompetisi Barista 2011. Di kemacetan Jakarta yang menggila hari Kamis lalu, saya berbincang dengan ilmuwan bio teknologi lulusan National University of Taiwan ini.
Pertemuan Jake (40th) dengan kopi dimulai saat tetangganya yang merupakan distributor Illy memintanya untuk meneliti kompisisi kimia kopi tersebut. Saat itu di tahun 2006 ia baru saja memulai karir profesionalnya dengan memiliki perusahaan bio teknologi yang baru saja berdiri. Perlahan ia terlibat makin dalam dan mengenali dunia barista hingga akhirnya diminta untuk melatih para penyaji kopi perusahaan tersebut berikut menterjemahkan manual tentang profesi ini ke dalam bahasa Mandarin karena mereka akan segera membuka lembaga pendidikan kopi di Shanghai, Cina.
Sayang keasyikannya dalam bidang kopi ini harus terhenti total karena di tahun 2007 ia harus “rela” mendampingi istrinya Shir-Hwa Ueng yang harus melanjutkan pendidikan kedokteran di Yale University Amerika. Selama dua tahun ia menyebut dirinya “full time house husband” karena praktis itulah kegiatan yang Jake lakukan selama tinggal di New Haven, Connecticut. Untuk mengisi waktu senggang ia me-roast kopi di apartemennya sembari mempertajam indera perasanya walau harus meminimalisir asap yang dihasilkan karena khawatir akan mengganggu para tetangganya. Sudah tanggung ada di Amerika, Jake akhirnya mengambil kursus singkat coffee roasting, semata karena ia harus melewatkan musim dingin yang membosankan di sana. Tapi tanpa disadari ia telah jauh terjun dalam bidang ini.
Ia juga mengambil kurus Q Grader yang diadakan oleh SCAA (Specialty Coffee Association of America) di kota negara bagian Vermont, New England. Menurut Jake, ia mengira jika sertifikasi Q Grader ini akan didahului oleh semacama pelatihan sebelum peserta diberikan ujian, tapi kenyataannya malah terbalik. Saat ia datang, panitia langsung menyodorkan soal ujian yang akan berlangsung selama lima hari berturut-turut. Keringat dinginnya langsung mengucur karena sama sekali tidak mengira kalau dirinya harus langsung menjawab soal yang diberikan oleh panitia. Bagusnya walau tanpa persiapan apapun ia berhasil melalui test hari pertama dimana Jake harus bisa mengidentifikasi gradasi rasa asam, manis, dan asin, hingga akhirnya berhak memperoleh sertifikat perasa kopi setelah melewati lima hari yang melelahkan dengan berbagai uji rasa dan tertulis.
Sekembali dari Amerika di tahun 2009 atas persetujuan istrinya dengan sukarela Jake meninggalkan perusahaan bio teknologinya dan menetapkan untuk meniti karir dibidang kopi. Salah satu faktor mengapa ia ingin menekuni bidang kopi karena perhatiannya terhadap profesi barista khususnya di negara Taiwan. Menurut Jake, banyak barista yang mempunya keterampilan teknis tinggi sebagai peramu kopi, tapi tidak berarti mereka memahami kopi sepenuhnya. Hal ini dikarenakan latar belakang keilmuan para barista yang beragam, jadi agak susah menemukan barista yang bisa tahu mengenai tanaman kopi beserta seluruh prosesnya, termasuk juga roasting.
Menurut Jake, latar belakang keilmuannya mungkin bisa ia sumbangkan demi kemajuan para barista di negaranya, dan ia mengajak salah satu juara barista Taiwan untuk menjadi partner bisnisnya demi mengembangkan industri kopi secara serius. selain itu ia dan membangun sebuah fasilitas roasting berikut cafe di kawasan kota tua di Taipei dimana salah satu kegiatannya yang utama adalah meningkatkan kualitas biji kopi dari para petani.
Jake menempuh sertifikasi juri WBC setahun yang lalu dan telah menjadi juri di Tokyo, London, dan Atlanta. Walaupun tertarik, ia merasa terlalu tua untuk menjadi barista profesional walaup[un di lab-nya ia ditemani oleh La Marzocco GS3, mainan yang baru saja ia beli.
Kesan awal tentang barista yang mengikuti pertandingan IBC adalah ketertarikannya tentang kreasi signature drink yang dibuat oleh para peserta kompetisi. Menurut Jake, berbeda dengan negara lain seperti di Amerika, Taiwan, Korea, para barista Indonesia sangat kreatif untuk hal yang satu ini. Jake mengatakan, bisa jadi karena ia berasal dari Taiwan, sehingga ia sangat menikmati konsep signature drink yang dibuat oleh sebagian peserta.
Kesan kedua menurut Jake, adalah tampilan kopi lokal yang digunakan oleh para finalis IBC 2011 yang ternyata kualitasnya tidak kalah dengan kopi dari luar. Padahal, sudah lumrah jika sebagai negara penghasil kopi biasanya dieksport untuk konsumsi di luar negeri, tapi Jake menemukan bahwa kopi Indonesia yang digunakan oleh banyak peserta bisa bersaing dengan kopi dari luar sekalipun. Jake yakin, bila dalam waktu yang tak terlalu lama salah satu kopi Indonesia yang berkualitas prima akan digunakan dalam pertandingan bergengsi seperti kompetisi barista tingkat dunia atau WBC. Why not, katanya menyakinkan, dan sayangnya obrolan tersebut terpaksa harus dihentikan karena saya harus segera turun dari mobil yang dikendari selama hampir tiga jam dengan rute Kemayoran ke Semanggi di malam tersebut.
koreksi dikit kang, Vermont (VT) itu negara bagian. Jake ikut pelatihannya di Coffee Labs International di kota Waterburry, VT dibawah bimbingan Mane Alves (salah satu orang kopi yang saya pengen banget ketemu)
Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga selama mengikuti penjurian Grand Final IBC 2011 dengan arahan2 mr Jake Hu mulai dari kalibrasi tgl 6 April dan tgl 7 April pagi.
Yang utama dari dia adalah konsep “be generous to the candidates (the competitors)” adalah suatu konsep penilaian yang fair dan menarik utk kita kembangkan lebih lanjut.
Selamat untuk para Barista yang menang dan untuk semua peserta dan juga rekan2 team juri.
Proviciat !!!!
Nice info about Jake.
Thank you Pak Toni, keep on writing..