Beberapa minggu lalu, Wiko Raharjo, wartawan Reader’s Digest menghubungi saya untuk sebuah wawancara, apalagi kalau tidak berkaitan dengan kopi. Ini liputan kesekian kalinya dari media massa cetak tentang aktivitas saya di dunia kopi Selain saya, Franky Angkawijaya, Barista guru juga ditampilkan dalam artikel yang berjudul “Demi Secangkir Kopi Sempurna” yang membahas ritual pembuatan espresso.
Walau ada sedikit koreksi bahwa French press tidak bisa menggantikan mesin espresso dalam masalah karakter rasa, tapi saya sangat menghargai tulisan tentang dunia kopi di tanah air yang semakin semarak.
Salam
mas Rico, keliatannya saya sependapat dengan Ayu (sampai kata2 oon), maksud esensinya jangan terlalu responsif lah…, cooling down, atau komen yang sejuk, serius tapi santai, andai salah di benerin, di kasih canda sedikit, saya sering kok baca komen2 mas Rico yang kadang gimana gitu ….. Saya percaya kok anda sangat idealis, banyak referensi, punya passion dalam kopi, tapi…..
peace man….
Mbak Ayu (if you’re really one),
Udah baca artikel reader’s digestnya? Kalau belum, silakan tahan dulu mengomentari saya… SCAA bukan otoritas yang berwenang absolut, tapi setidaknya ada standar yang juga dipakai banak orang…
Dan apa yang ga bisa ditemukan di website belum tentu tidak ada, bukan?
aah , si lebay ngomentarin orang , padahal sama2 oon. sejak kapan SCAA jadi otoritas ngasih definisi espresso.
diwebsite nya gak ada tuh.
dasar lebay
tambahan koreksi, french press tidak bisa menghasilkan espresso… tulisannya si wartawan membuang kang toni seakan2 bilang bahwa french press bisa untuk membuat espresso. lha si wartawan gimana sih ga baca definisi espresso-nya SCAA apa? saya teh bacanya langsung mengkerut dahi saya, ga jadi deh saya beli majalahna…