Mari kita memberikan ucapan selamat kepada enam finalis IBC Surabaya yang meraih tiket ke grand final di Jakarta bulan April mendatang. Wilyanto dari Sidewalk Coffee kota Kediri berhak menyandang juara pertama dan menyisihkan 25 peserta yang datang dari berbagai kota di Jawa Timur. Sebagai pemenang, Wili meraih hadiah utama berupa voucher sebesar 5 juta rupiah dari Toffin Product. Kegiatan IBC wilayah Surabaya baru saja diselenggarakan pada tanggal 28-30 Januari di hotel Singgasana, Jl. Gunung Sari Surabaya.
Di ruangan tempat peserta mempersiapkan diri sebelum memasuki panggung lomba terlihat wajah2 yang tidak bisa menyembunyikan ketegangan. Beberapa peralatan yang akan digunakan diperiksa dengan teliti agar satupun tidak ketinggalan. Saat waktu semakin dekat waktu untuk tampil, event organizer memberitahu untuk segera bersiap, dan mereka hanya diberi waktu 15 menit untuk persiapan.
Sambil menunggu giliran tampil, peserta selanjutnya hanya diberikan waktu 15 menit untuk bersiap dan kali ini mereka harus melakukannya sendiri. Peserta yang sudah tahu sulitnya menghadapi grinder, langsung melakukan penyesuaian setting-nya agar bubuk kopi benar2 di brew oleh mesin espresso dalam kisaran waktu 20-30 detik. Pada beberapa kali technical meeting, Tuti Mochtar selaku head judge memang selalu menyarankan agar setting grinder selalu diutamakan sebelum menata perlengkapan lainnya di atas meja. Hal ini dimaksudkan agar setting grinder sebagai bagian tersulit diselesaikan terlebih dahulu sebelum melakukan aktivitas lain. Seorang peserta mengakui, saking asyiknya melakukan persiapan, pada saat lomba ia kelupaan mengeluarkan cangkir untuk signatur drink-nya yang ternyata masih berada dalam kardus.
Walau peserta sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin, memang tidak mudah tampil dihadapan tujuh orang juri yang mengikuti gerak-gerik mereka. Peserta memerlukan ketenangan, konsentrasi, dan manajemen waktu agar waktu 15 menit mencukupi. Pada beberapa kesempatan, pemilihan signature drink yang terlalu kompleks seringkali membuat peserta kehabisan waktu dan kehilangan konsentrasi pada saat2 genting, sehingga ada yang hampir over time, dan harus merelakan tempat kerjanya diabaikan.
Tapi mungkin saking tegangnya dan takut kehabisan waktu, ada juga peserta yang menyuguhkan racikan signature drink tapi terlupa mencampurnya dengan kopi. Under dan over extraction saat membuat espresso adalah hal yang juga sering terlihat pada saat lomba dan membuat para juri sensory (perasa) harus lebih “bekerja keras” dalam menjalankan tugasnya.
Pada saat diumumkan dari 26 peserta yang mengikuti lomba, 11 harus didiskualifikasi karena melampaui waktu 15 menit yang telah ditentukan oleh panitia. Panitia juga menggarisbawahi secara keseluruhan nilai peserta IBC Surabaya belum mampu menggeser kedudukan Bali dan Jogja dengan peroleh nilai tertinggi 449 point (Bali 600an). Atas hasil tersebut, maka panitia IBC akhirnya memutuskan untuk menghilangkan agenda final dimana biasanya 10 peserta dilombakan kembali dihari kedua. Pada IBC di Surabaya, panitia memutuskan untuk menggantikannya dengan kegiatan workshop setengah hari bagi keenam finalis.
Workshop dimaksudkan agar peserta lebih mendalami esensi lomba dari sisi teknis dan pendalaman dari pengetahuan yang telah mereka peroleh selama ini. Pada sesi workshop di hari kedua, Surip Mawardi, peneliti senior dari Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute Jember membekali peserta dengan pengetahuan mengenai kopi dari proses tanam hingga penyajian. Surip menekankan sifat biji kopi yang menyerap bau2an hingga sangat rentan dengan aroma sekitar. Diperlukan ketelatenan dari mulai pemilihan varietas, perawatan tanaman, pengolahan, roasting, hingga penyajian yang salah satunya merupakan tugas dari para Barista.
Peserta juga diperlihatkan video mengenai penyajian kopi yang dipresentasikan oleh Kyle Glanville, juara Barista Amerika tahun 2008 dari Intelligentsia. Setelah itu ketua panitia IBC Adi W. Taroepratjeka dan Irvan Helmi, juri dari Anomali memulai pelatihan khusus untuk keenam peserta dan beberapa peserta lain yang hadir pada saat itu. Keduanya secara detail memberikan “kursus” singkat mengenai apa yang diharapkan dari peserta dari sisi teknis, cara penyajian, hingga penampilan selama lomba. Panitia sangat mengharapkan bila workshop ini akan bisa meningkatkan kemampuan mereka saat bertanding pada babak grand final di Jakarta bulan April nanti.
Sampai jumpa di kota Bandung lokasi IBC berikutnya pada tanggal 23-25 Februari, 2011
di Maxi’s Resto, Jl. Gunung Agung 8, Ciumbuleuit.
* * * * *
“Panitia juga menggarisbawahi secara keseluruhan nilai peserta IBC Surabaya belum mampu menggeser kedudukan Bali dan Jogja dengan peroleh nilai tertinggi 449 point (Bali 600an). Atas hasil tersebut, maka panitia IBC akhirnya memutuskan untuk menghilangkan agenda final dimana biasanya 10 peserta dilombakan kembali dihari kedua. Pada IBC di Surabaya, panitia memutuskan untuk menggantikannya dengan kegiatan workshop setengah hari bagi keenam finalis.”
Membaca laporan pandangan mata Pak Toni, kata pertama yang muncul ooops…. Kok bisa seperti itu? Sayang saya tidak hadir di Surabaya, sehingga tidak melihat dan mendengar kejadian secara langsung. Jadi harus mencari-cari informasi dari tangan pertama. Bisa saja informasi yang saya peroleh bias, tapi…..
Saya mencoba mendownload aturan IBC dan kemudian membandingkannya dengan aturan 2010 WBC Official Rules and Regulations. Sama….
Aturan yang mana yang memperbolehkan panitia(?)atau Juri(?) menghentikan kompetisi atas landasan perolehan nilai tertinggi dari para peserta kompetisi “hanya” 449. Dan terus mengganti acara kompetisi putaran kedua dengan workshop. Saya terus mencoba membolak-balik aturan babok WBC dan sadurannya IBC…. Tidak ada aturan seperti itu. Ini namanya kurang menghormati niat baik dan spirit sportivitas para peserta.
Siapa yang bisa meramalkan bahwa pada kompetisi esok harinya, tidak ada peserta yang mampu mencapai nilai 600? Terlalu arogan. Saya menduga sebagian besar panitia atau juri tsb tdk pernah menjadi atlit yang pernah ikut kompetisi. Jika pernah, mereka tidak akan pernah mengambil keputusan seperti itu. Hasil pertandingan selalu dipengaruhi oleh banyak faktor, selain kemampuan teknis, kesiapan mental, motivasi, faktor keberuntungan, masih ada lagi…ada atlit yang memang butuh pemanasan. Makin panas, makin baik tampilannya. Mesin diesel….
Sebaiknya dalam membina, jika itu tujuannya, biarlah ada putaran kedua. Jika para juri dan panitia begitu mulia hatinya, silakan menyisihkan waktu dan membuat workshop di hari selanjutnya.
Dari hasil tanya sana dan sini, ternyata panitia juga tidak menerapkan semua peraturan dan tata tertib kompetisi. Padahal ini sangat esensial bagi kesiapan mental dan teknis peserta. Peraturan yg tercantum baik dalam IBC maupun WBC di bawah butir 5.2 dan 5.3 tidak dilaksanakan. Apa pun alasannya hal ini sungguh merugikan peserta dan pasti menurunkan kualitas para peserta.
Saya juga tidak heran, jika ada beberapa kawan di atas merasa pertandingan ini kurang terpublikasikan. Kekurangan dari local partner, seperti Pak Peter, tentu saja sebagaimana sudah diakui secara ksatria oleh Pak Peter. Tapi mengubah jadual acara dengan alasan yang kurang berdasar, yang dilakukan oleh panitia dan juri tentu juga memiliki andil dalam dampak negatif bagi para calon penonton. Penonton tentu “kecele” pada saat akan atau sudah datang di hari putaran kedua dari kompetisi tsb.
Saya harap kejadian semacam itu menjadi pembelajaran bersama. Pilihlah para juri dan panitia yang memiliki semangat “nyala lilin”, mau melelehkan diri bagi kemajuan anak muda. Dan bukan sebaliknya…..
Woot, nilainya lebih rendah dari Jogja?! Padahal kan budaya ngopi di Jawa Timur kenceng juga
Maju terus Samala Tanu, aku mendukungmu! 😀
Pak Tony, liputan anda MANTAP..tapi kalau boleh saya kasih usul, tolong diperbanyak foto foto saat peserta lombanya tampil Pak Tony..terutama yang jadi juara wilayah (6 orang)…saya selalu ikutin berita tentang coffee, barista, dan lain lain nya yg berhubungan kopi dari blog anda Pak..Kalau bisa liputan lomba barista seperti Pak Tony buat tulisan tentang Grinder atau Syphon..(Foto Bagus Sangat Banyak dari samping depan belakang dari Item yang dibidik dengan Keker Pak Tony, dan tulisan bahasan topiknya menyegarkan untuk dibaca)..Sekedar Usul Pak..Salut untuk Pak Tony…dan Salam Barista
Kang Tony.., saya salut sama pak Ady W : liat tuh para peserta sampai ter hipnotis dgn pemaparan nya..whua kakkkk..ak kak..
terima kasih atas tanggapannya pak Peter, saya bisa di hubungi di: eliminasi@gmail.com. buat para cafe owner, pihak hotel, resto di surabaya spy lebih mendorong para barista utk lebih maju dgn mengikuti even2 spt ini. thx
Apapun persiapan, pelaksanaan dan hasilnya dari kompetisi ini adalah suatu pelajaran..bagi yang dikritik agar bisa menerima masukkan, dan bagi yang mengkritik kritiklah dengan semangat membangun..Yang Terpenting saya salut untuk semua orang yang sdh berkecimpung dalam Event IBC 2011 dari penyelenggaraan di Bali , Yogja, Surabaya, next Bandung and Jakarta..dan Final Round bulan April di Jakarta..Semoga Event IBC ini akan menghasilkan Barista yang Terbaik se Indonesia dan bisa mewakili Indonesia di ajang International..Kita sudah punya kopi Bagus dan Terkenal di dunia International..Now, waktunya Indonesia punya Barista yang bisa dibanggakan di kancah dunia International..Siapakah Dia??? Darimanakah Dia??? Kita bisa tahu jawabannya setelah babak Grand Final di Jakarta bulan April 2011..Salam Barista..
liputan om TW mantap kali ini.
Dear Pak/Ibu Elim,
Perkenalkan saya Peter, yang ditunjuk sebagai local partner utk IBC 2011 Region Surabaya.
Saya secara pribadi sangat berterimakasih atas kritikan yang sangat membangun yg telah Bapak/Ibu berikan kepada pihak kami.
Namun ada beberapa keterangan yg tidak dapat kami berikan pada forum ini tentang ( … sbg contoh utk IBC bandung aja sdh ada jadwal & lokasi acara yg jelas & sdh dipublished di blog ini. bukti lain adalah tidak adanya liputan acara IBC surabaya di koran terbesar di jatim baik sebelum maupun sesudah acara IBC surabaya….)
Apabila berkenan, kami bisa menjelaskan kepada pihak Bapak/Ibu untuk “ketidak profesional an pihak kami”.
Kami mohon kepada Bapak/Ibu Elim untuk memberikan alamat email atau no. telp, agar kami dapat menghubungi Bapak/Ibu secara langsung.
Terimakasih….
Maju terus Barista Indonesia….
Untuk Kang Tony Wahid, Senang bisa bertemu & kenal Kang Tony as personal pas event ini 🙂
Banyak saran dan kritik membangun dari acara IBC di Surabaya. Kepada panitia (EO) Bandung mohon bisa dicermati agar pelaksanaan jauh lebih baik dan menarik. Salah satu usulan saya, mungkin sudah ada susunan (urutan) acara meskipun bisa berubah (tentatif). Karena pelaksanaan tiga hari, jadi bagi yang inging menyaksikan (terutama) dari luar kota bandung dapat merencanakan kedatangannya dengan baik sesuai acara yang diinginkan dan waktu/biaya yang dimiliki. Terimakasih. Salam
hallo semua, walaupun banyak kendala dlm hal koordinasi, teknis, dll.. akhirnya ikompetisi pertama di Sby ini berjalan juga, Terima kasih banyak atas masukkannya, dan juga mohon maaf jika msh bnyk kekurangannya. Yg jelas segala komentar sangat bermanfaat. Harusnya tahuni depan eventnya lbh baik lagi. Terima kasih sudah mampir ya pak Elim 🙂 panitia, barista.. tetap semangaat!! 🙂 thx pak TW utk liputannya yg selalu OK..
maaf sebelumnya kalo saya terpaksa setuju dgn widya sony. sama seperti widya utk mencari tahu tempat acara saya jg hrs telp ke EO-nya. saya rasa yg kurang profesional adalah EO-nya yg berasal dari surabaya (no offense), BUKAN panitia IBC. sbg contoh utk IBC bandung aja sdh ada jadwal & lokasi acara yg jelas & sdh dipublished di blog ini. bukti lain adalah tidak adanya liputan acara IBC surabaya di koran terbesar di jatim baik sebelum maupun sesudah acara IBC surabaya. padahal seperti kata widya sony acara ini jg bertujuan utk pameran, workshop & edukasi utk masyarakat awam sampai praktisi per-kopi-an di surabaya. semoga tahun depan bisa lebih baik lagi & jangan kapok utk ngadain acara di surabaya lagi.
sory kalo saya kebanyakan kritik, tp demi per-kopi-an di surabaya spy lebih maju!
Mbak/Pak Widya Sony,
Sebelumnya utk adilnya, saya akui saya ga hadir di hari pertama (brifing, tech meeting, kalibrasi), hari kedua saya sampe malam (ga kelar pol jam 9) karena tepat (besoknya saya demam), hari ketiga (workshop) saya blas balik ke jkt.
Pertama2 saya ga tahu definisi “kalangan sendiri”. Karena sepengetahuan saya panitia menerima banyak pendaftar dan terpaksa mensortir sehingga sesuai kuota. Jadi kalau terasa dibatasi tertentu, ya ga juga ya? Utk workshop, Anda bisa liat di artikel di atas, ada di hari terakhir (pengganti second prelim).
Dan mungkin Anda bisa bedakan antara apa yang dalam kendali panitia dan apa yang merupakan domain peserta. Ketika Anda memprotes soal performa peserta, Anda sebaiknya tidak menulis seakan2 itu bagian dari tanggung jawab panitia (disatukan dalam 1 part uneg2) 🙂
Untuk tempat yang pake nama coffee tapi ngaco, jangankan surabaya, di Jakarta pun gitu boooo… hahaha! 😀
Memang harus dimaklumi coffee scene utk specialty coffee di sini masih muda relatif dibandingkan negara2 lain. training barista banyak ngandelin training bawaan dari distributor mesin??
selamat buat para pemenang…..maju terus pantang mundur….
selamat buat mas cak willy……
selain menang pengalaman dan teknik (wes nontons ik neng jogja)juga orang nya full body……….
ada foto mas DMAN……
salam mbahhhhhh
betul betul betul publikasi memang kurang, sehingga yang hadir hanyalah KALANGAN SENDIRI, padahal dunia Barista sangat menarik, dan masih banyak masyrakat yang tidak tahu dengan profesi profesional ini.
Jangankan rundown acara, tempat dan jam acara saja harus telp ke EO nya, di website IBC juga tidak ada.
Acara ini harusnya bukan hanya kompetisi untuk yang udah pro, tetapi juga mini pameran, workshoop untuk produk-produk dan peralatan kopi dll bagi newbie, apalagi apresiasi Surabaya terhadap kopi masih rendah (banyak cafe yang ngaco, padahal pakai nama “Coffee”) yang hanya mengandalkan tempat sehingga menjual dengan mahal tetapi dengan sajian kopi dibawah standar.
Sayang selama acara ini, LCD dan screen tidak dimanfaatkan, padahal ada crew shooting, bagi mereka yang awam, yang pengin tahu apa sih kerjaan, apa yang dilakukan si Barista di panggung dapat menonton di layar, bukannya nonton orang yang pada berdiri di depan.
Komunikasi kontestan juga sangat minim, yah.. mungkin dalam waktu yang singkat mereka harus juga MENYAJIKAN ke juri. dan kebanyakan kok hanya main syrup/essence
BTW, cukup bagus dan terima kasih sudah mampir di surabaya, smoga tahun depan lebih bagus, lebih kreatif, lebih informatif dan lebih inspiratif. Kunjungan saya yang hanya 1 hari dan singkat mungkin saja pendapat di atas salah.
Big thanks buat Pak TW yg selama ini selalu full support pada dunia perkopian Indonesia ini.
Mohon maaf juga pak,saya ga bisa temenin jalan-jalan selama di Surabaya,..hehehee maklum pak,kompetisi ini bikin saya “Los Paranoias” 😀
Ketemu lagi ya pak nanti di Jkt..
Go Barista Jatim!!!!!!
sayang publikasi yg kurang maksimal & lokasi acara yg tidak strategis membuat acara ini kurang mendapat perhatian dari para coffee-holic surabaya. hal ini terlihat dari minimnya peserta yg berasal dari cafe2 yg sdh cukup esthablised & hotel2 di surabaya (saya mendapat informasi hanya ada 1 peserta dari hotel). padahal ini kesempatan yg langka bisa ketemu & belajar dari para suhu kopi Indonesia. terima kasih utk pak Irvan Helmi & pak Gunawan dari Anomali yg sdh memberikan aceh gayo organik (favorit saya selain papua wawena). semoga utk next even surabaya bisa lebih siap menyambut IBC dan acara2 lain yg bertujuan utk kemajuan per-kopi-an Indonesia!
Selamat buat om Willy ! Aku siap kalau disuguhi kopi2 eksperimentalmu lagi hahahaa… Sidewalk coffee memang pantas jadi my favorite coffee shop. Kalau ke kediri aku pasti mampir ke sidewalk coffee shop ….. TWO THUMBS UP Bro ! Keep the good work.
What an unforgettable moment 🙂
i’ll do my best,,
thanks IBC,,terima kasih pak Toni,,foto2nya mantep2
Wah ada bos Willy-Sidewalk Kediri
Selamat ya.. jadi juara …..
Salam- Coffeeshopz.com