Tidak banyak buku yang mengupas tentang sejarah kopi Indonesia, apalagi di dalam bahasa Indonesia. A Cup of Java, adalah salah satu literatur yang bisa dijadikan referensi bacaan tentang sejarah panjang kopi di negara kita walau disajikan dalam bahasa Inggris. Ditulis oleh Gabriella Teggia dan Mark Hanusz, mantan pemilik Losari Coffee Plantation di kawasan Magelang, Jawa Tengah.
Gabriella, penulis buku ini mengingat masa kecilnya di Roma saat ia dibawa oleh ayahnya ke cafe untuk menikmati espresso. Perkenalannya dengan karung goni yang bertuliskan java di sudut ruangan cafe tersebut menarik perhatiannya. Ia memakan biji kopi yang membuat ayahnya tergelak. Lalu san ayahmemberinya beberapa tetes espresso yang dicampur dengan gula, sejak saat itulah Gabriella tak bisa lepas lagi dengan kopi. Ia meninggalkan Roma sejak 1965 dan memilih Indonesia, sebagian karena alasan kecintaannya terhadap kopi di negeri ini.
A Cup of Java adalah karya pertamanya yang ditulis dari sudut pandang seorang pengamat yang mengeksplorasi dengan cukup detail cakupan sejarah panjang berikut budaya ngopi dari sejak jaman Belanda hingga sekarang. Ditulis bersama Mark Hanusz (pengarang buku Kretek : The Culture and Heritage of Indonesia’s Clove Cigarettes) yang terdiri dari empat bab dengan 135 halaman yang diterbitkan oleh Equinox Publishing, Singapura. Dihiasi 100 foto indah tentang kultur kopi di Indonesia serta beberapa dokumentasi yang ia kumpulkan dari berbagai literatur tentang kopi.
Bila Anda tertarik dengan bacaan dibalik minuman kopi yang biasa dikenal, buku ini bisa dijadikan satu rujukan untuk melihat lansekap perjalanan secangkir java di tanah Indonesia. Tapi jangan harap ada ulasan mengenai teknik penyajian tentang kopi karena Anda tidak akan menemukannya di sini. Ditulis dengan gaya bahasa naratif yang mudah dimengerti oleh siapapun, tanpa bermaksud untuk terjerumus dalam pembahasan ilmiah yang kering. Sebaliknya, buku A Cup of Java ini memanguntuk semua khalayak.
Di Bab 1 “Java Comes to Java” diulas tentang asal tumbuhan kopi yang pertama kali diselundupkan oleh Pieter Van der Brooke, pedagang berkebangsaan Belanda dari pusat perdagangan kopi saat itu yang terletak di Mocha (Yaman). Ia membawanya ke Amsterdam Botanical Garden untuk diteliti lebih lanjut. VOC lalu mengembangkannya di Sri Lanka dan India, sebelum membawanya ke Indonesia dan menuai sukses besar karena kecocokan dengan iklim tropis kita. Kopi menjadikan VOC menuai keuntungan dan menguasai perdagangan komoditas ini lebih dari dua abad kemudian. Bab ini dilengkapi dnegan berbagai foto dokumentasi pengolahan kopi di tanah Jawa, sebuah romantisme akan betapa panjangnya sejarah kopi di Indonesia.
Pada Bab kedua, Gabriella mulai mengulas tentang perkebunan kopi pada masa awal tanaman ini dikembangkan di Indonesia. Perusahaan pertama yang bergerak dalam bidang ini tentu saja PTPN XII yang sudah ada sejak tahun 1896, sebuah BUMN yang sekarang bukan saja memproduksi kopi, tapi berbagai komoditas lain seperto kakao. Lalu ada perkebunan Losari dari tahun 1928 hingga sekarang dan terakhir Rawaseneng (1953) sebuah kawasan di Temanggung, Jawa Tengah di yang dikelola oleh sebuah ordo Katolik, Trappist.
Bab ke-3 menurut saya yang paling menarik ketika pembaca diajak untuk menelusuri awal komersialisasi kopi di tanah air. Pionir pertama tentu saja kopi Tek Sun Ho di tahun 1878 yang sekarang dikenal dengan kopi WARTIN (Warung Tinggi) yang dikelola oleh Liaw Tek Siong. Nama lain adalah legenda kopi “Kapal Api” Go Soe Loet (1927), Kopi Singa (1928) dididirikan oleh Go See Pwe dan terakhir Tan Houw Sian mendirikan Kopi Aroma di Bandung (1930).
Di dua bab terakhir diulas tentang kultur kopi di Indonesia yang seringkali menjadi bagian dari ritual mistik pada beberapa kebudayaan lokal seperti di Keraton Jawa. Kopi terus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari setiap daerah yang lalu ditutup dengan tumbuhnya warung kopi modern seperti Excelso.
Sayangnya pada bab terakhir Gabriella tidak menggali lebih jauh tentang kultur kopi yang begitu kaya di Indonesia yang bisa ditelusuri dari masayarakat pesisir di Pantura (Nyethe) dan kopi Tiam di Sumatera Utara hingga ke Aceh serta Kalimantan. Juga mungkin akan lebih kaya bila saja beberapa perusahaan roasting lokal yang punya kapasitas besar dan sudah bebrisnis kopi sejak lama bisa dimasukan ke dalam buku ini. Adalah menarik untuk menggali pasar “kopi jagung” yang justru merupakan lumbung bisnis tersembunyi.
Buku yang bagus ini sayangnya tidak menyertakan kesimpulan atau benang merah dari narasi yang sudah disajikan. Padahal satu paragraf penutup yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan perjalanan sejarah kopi di Indonesia akan membuat pengalaman membaca lebih menyenangkan.
Terakhir, A Cup of Java, adalah karya yang patut dihargai sebagai sebuah ensiklopedia mini tentang kopi Indonesia yang kaya dengan berbagai foto layak untuk dijadikan koleksi peminat minuman kopi.
* * * * *
Judul :
Ada info ga yang jual buku ini? cari di internet kok ga ada ya? gramedia online pun ga ada..Thx b4.
forum cikopi ini menurut sy sgt bermanfaat sekali, kemarin sy membeli vietnam drip justru dpt suplaiernya via cikopi ini, yaitu dgn pak chandra.
makasih cikopi, makasih kang toni. makasih semuanya.
semoga di cikopi semakin rame dan akrab.
@ kang toni,
@ all
salam kenalan ya, saya org baru di cikopi,
walau nama saya : karya elly, email saya : karya_elly@yahoo.com. namun saya adalah laki-laki tulen, jgn salah lho….hehehe
sy juga barusan mengenal kopi gak lama krn teman2 saya byk yg senang kopi, dan kemarin sy ke vietnam melihat disana penduduknya rata-rata coffee lover, disana yg top itu merek “trung nguyen”.
akhirnya mulai tertarik juga nich….
btw, kalo ada event ngumpul2 bareng, boleh dong ngajak saya biar lbh mengenal 1 dgn lainnya dan dpt sharing dgn jagoan2 kopi neh….
salam ngopi ya…..
Pak Toni …. hmmm …. kira2 bukunya masih ada di pasaran ngga yah ? Boleh tuh …. sebagai bahan acuan pengetahuan perkopian yang pada dasarnya susah di dapat di negara penghasil kopi dunia ini ….. sungguh ironis ….. hicks …..
Saya suka dengan pictorial book seperti ini. Walau belum punya “A Cup of Java” tapi saya punya bukunya Mark Hanusz. Foto-fotonya bagus sekali. Cocok kalo kang Toni buat buku semacam ini 🙂
Padahal terbitan 2003 ya 😀 Walaupun SCAI belum nongol :p