Warung kopi Phoenam sudah 64 tahun

Pria setengah baya yang rambutnya sudah memutih itu sangat terampil menyeduh kopi hingga menghasilkan busa berbuih tinggi layaknya pembuatan teh tarik. Beliau adalah Koh Afu dan saya sedang berada di warung kopi Phoenam di jalan Wahid Hasyim Jakarta yang sore itu dipenuhi oleh para pria setengah baya dan mayoritas berbahasa Makasar. Sesekali terdengar  “apa kareba?” adalah salah satu  frase yang hanya saya fahami lalu diiringi gelak tawa dan perbincangan hangat pun mengalir. Ruangan persegi dengan luas kira2 50 meter itu agak dipenuhi oleh asap rokok dari para pengunjung walau di ruang lainnya disediakan fasilitas “non smoking”. Tapi di sinilah center of attraction sebuah warung kopi yang cikal bakalnya berada nun jauh di Makasar sana sejak tahun 1946.  Sudah lama komunitas Makasar menjadikan warung kopi Phoenam sebagai tempat untuk berinteraksi atau sekedar melepas kepenantan setelah jappa-jappa (jalan-jalan).

Sudah banyak bahasan di internet tentang warung kopi Phoenam (Phoe Nam yang arti harfiahnya terminal atau tempat persinggahan). Jadi ini sekedar mendokumentasikan ziara kopi saya, tapi bila anda penggemar kopi Toraja, tempat ini merupakan salah satu warung kopi yang wajib dikunjungi  selain untuk menikmati kudapan pisang atau roti bakarnya.  Semua menu kopi disiapkan secara manual dan kopi susu adalah minuman yang paling banyak dipesan. Saya cuma bisa menerka kalau kopi Toraja yang keasamannya tinggi itu memang cocok dipasangkan dengan susu apalagi sensasi foam-nya menjadikannya sebagai salah signature drink di sini.

Satu hal yang harus kita kagumi bahwa Phoenam sudah mengukir perjalanan panjang sejak tahun 46 dan tetap bertahan hingga sekarang. Mungkin  peribahasa Makasar mengenai semangat pantang menyerah naelleamitalanga na toalia atau memilih tenggelam daripada kembali sudah tertanam dalam Ko Afu dalam menjalankan roda usaha warung kopinya hingga bisa terus melakukan pembukaan cabang di beberapa tempat.

Jadi kalau Anda berkunjung ke Phoenam jangan sesekali memesan caramel machiato, tapi nikmatilah kopi hitam atau kopi susu mereka bersama roti bakar untuk menikmati suasana di tengah komunitas Makasar di Jakarta.  Oh ya, jangan khwatir tentang harga karena dengan selembar 20 ribu kita masih bisa menikmati secangkir kopi Toraja dan pisang panggang di warung kopi yang buka sejak jam 6 pagi hingga tengah malam ini.

* * * *